DASAR-DASAR MANAJEMEN

Posted on

Rangkuman

Rangkuman ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Bimbingan Konseling Islam dengan dosen pengampu:

Aep Kusnawan, M.Ag/Drs. Asep Saepulrohim

 

 

Oleh

Ema Rahmatika Febriani

1211401027

 

 

 

 

 

 

 

JURUSAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

 SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2013

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

  1. Pengertian Manajemen

Secara etimologi, Manajemen berasal dari kata”to manage” yang berarti mengatur.

Secara terminologi manajemen adalah imu dan seni yang mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia secara efektif, dengan didukung sumber – sumber lannya dalam suatu organisasi unruk mencapai tujuan.

Dalam pengertian ini terdapat banyak sistem yang harus ada dalam manajemen,yaitu sistem organisasi dan sistem admministrasi.

Sistem organisasi adalah intergritas berbagai komponen yang saling mempengaruhi dan berperan menurut tugas adan fungsi masing-masing sekaligus terkait dengan komponen-komponen administrasi. Sistem administrasi berperan mencatat danmerekam semua proses manajerial secara bertahap, periodik dan akuntable.

  1. Ruang Lingkup Manajemen

Manajemen mengkaji efesiensi dan efektifitas pelaksanaan kinerja perusahaan dengan mempertimbangkan tujuan-tujuan perusahaan, kegiatan perusahaan yang logis, jumlah sumberdaya manusia atau staf yang memadai, disiplin kerja,upah yang proporisonal, bonus yang prestatif, standar pekerjaan yang sistematis, pertanggung jawaban yang objektif, penerapan balas jas atau insentif yang motivasional dan pengembangan perusahaan yang terukur.

Sebagian dari bagian ruang lingkup manajemen, fungsi-fungsi manajemen terdiri atas:

  1. Planning
  2. Organizing
  3. Staffing
  4. Directing
  5. Coodinating
  6. Controling
  7. Objek Kajian Dan Kegunaan Manajemen
  8. Objek Kajian Manajemen

Objek kajian yang lebih konkret dari manajemen adalah sebagai berikut:

  1. Organisasi dan struktur tata usaha yang merupakan bagian sistematik organisasi
  2. Anggaran belanja keuangan organisasi atau perusahaan
  3. Masalah kepegawaian atau personalia
  4. Keuangan dari pembukuannya
  5. Korespondensi atau surat menyurat dan sistem komunikasi yang berlaku di perusahaan
  6. Pengangkaan, penempatan karyawan, mutasi dan ukuran profesionalitas serta prestasi karyawan
  7. Sistem pengupahan, sistem bonus dan imbalan
  8. Manajer, kedudukan, tugas, tanggug jawab dan otoritasnya
  9. Pengawasan danpengendalian perusahaan
  10. Fungsi-fungi manajemen
  11. Asas-asas manajemen
  12. Teori-teori manajemen
  13. Admisistrasi perkantoran
  14. Srategi pemasaran
  15. Produktifitas kerja
  16. Kewirausahaan
  17. Hierarki dan wewenang manajerial

 

  1. Kegunaan manajemen
  2. Kegunaan teoritis: penelitian manajemen, fungsi dan prinsif manajemen.
  3. Kegunan praktis: penerapan teori dalam organisasi dan perusahaan
  4. Kegunaan normatif: cara kerja perusahaan yang bertitik tolak pada aturan etika yang berlaku dalam perusahaan
  5. Kegunaan psikoogis tentang perkembangan dan pertumbuhan organisasi yang sesuai dengan keinginan karyawan dan manajemen perusahaan
  6. Kegunaan sosiologis: hubungan antar personal dalam perusahaan  atau organisasi dengan situasi dan kondisi sosial
  7. Kegunaan fungsi manajemen
  8. Kegunaan kompetitif
  9. Kenggunaan pendayagunaan waktudan anggaran yang dimiliki perusahaan dengan cara efektif dan efisien
  10. Kegunaan kepuasan kerja, sebagai aktualisasi individu dalam pekerjaannya, serta menikmati hasil pekerjaan dengan cara yang bikjaksana

BAB II

PRINSIP-PRINSIP DAN MACAM-MACAM MANAJEMEN

  1. Prinsip-Prinsip Manajemen

Prinsip prinsip manajemen ( general pincipal of management), misalnya dikemukakan oleh Malayu S. P. Hasibuan dengan mengutip pandangan Henry Fayol yaitu sebagai berikut:

  1. Division of work (asas pembagian kerja)
  2. Authority and responsibility (asas wewenang dan tanggung jawab)
  3. Discipline (asas disiplin)
  4. Unity of command (asas kesatuan perintah)
  5. Unity of direction (asas kesatuan jurusan/arah)
  6. Subordination of individual interest into general interest (kepentingan umum diatas kepentingan pribadi)
  7. Remuneration of personnel (asas pembagian gaji yang wajar)
  8. Centralization (asas pemusatan wewenang)
  9. Scalar of chain (asas herarki/asasrantai berkala)
  10. Order (asas keteratuan)
  11. Equity (asas Keadian)
  12. Initiative (asas inisiatif)
  13. Esprit de corps (asas kesatuan)
  14. Stability of turn-over personnel (asas kesetablan masa jabatan)

 

  1. Macam – Macam Manajemen
  2. Management by objective, yaitu manajemen berdasarkan saran atau tujuan yang hendak dicapai.
  3. Management by structures, manajemen dengan pendekatan struktural sebenarnya merupakan manajemen normatif. Manajemen ini berawal dari pandangan bahwa organisasi adalah struktur yang harus dilihat serta dikelola secara struktural.
  4. Management by tehnique, adalah manajemen dengan menggunakan tehnik pengelolaan organisasi.
  5. Management by people, yaitu manajemen yang mengutamakan orang sebagai pelaksana seluruh rencana organsasi
  6. Management by information, adalah pengelolaan organisasi yang berpusat pada peran pentingnya informasi bagi kemajuan kinerja organisasi.
  7. Management by environment

 

  1. Kesalahan Dalam Manajemen (mismanagement)

Mismanagement artinya kesalahan dalam proses manajerial pada suatu organisasi.

Kesalahan manjemen dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu :

  1. Belum ada pola struktur organisasi yang seragam ;
  2. Belum ada kesatuan bahasa dalam manajemen
  3. Belum ada minat manajemen (management-mindedness) di beberapa pejabat pimpinan
  4. Belum ada keseragaman tentang tata cara dan tata kerja antara instansi satu dengan yang lain
  5. Pelaksanaan pengawasan yang tidak efektif
  6. Koordinasi yang kurang tepat
  7. Rencana yang tidak sesuai dengan kesanggupan ataupun pelaksanaan yang sesuai dengan rencana itu
  8. Terjadi perbedaan pendapat antara pejabat pimpinan dan pelaksana
  9. Pimpinan atau pejabat pimpinan merasa lebih berhak dan merasa lebih dari yang sewajarnya
  10. Birokrasi yang berbelit-belit
  11. Tugas dan kewajiban pegawai tidak sesuai dengan keahliannya
  12. Adanya dualisme kepemimpinan
  13. Tidak dibuat skala prioritas kegiatan
  14. Tidak pernah melaksanakan evaluasi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan.

 

  1. Prinsip-Prinsip Pengelolaan Dalam Manajemen
  2. Prinsip efisiensi dan efektivitas
  3. Prinsip pengelolaan
  4. Prinsip pengutamaan tugas pengelolaan
  5. Prinsip Kepemimpinan yang efektif
  6. Prinsip kerjasama

 

 

 

BAB III

FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DAN APLIKASINYA

 

  1. Fungsi-Fungsi Manajemen

Beberapa ahli manajemen yang menjelaskan fungsi-fungsi manajemen adala sbb ;

  1. Henry Fayol
  2. Planning
  3. Coordinating
  4. Organizing
  5. Controlling
  6. Commanding
 
 

  1. Harold Koonz dan Cyril O’Donnell
  2. Planing
  3. dirceting
  4. organizing
  5. controlling
  6. staffing
 
 

  1. Luther M. Gullich
  2. Planning
  3. coordinating
  4. organization
  5. reporting
  6. staffing
  7. budgetting
  8. directing
 

 

  1. Aplikasi Fungsi-Fungsi Manajemen

Fungsi-fungsi manajemen dapat diuraikan sbb :

  1. Perencanaan (Planning)

Planning berasal dari kata “plan” artinta rencana, rancangan, maksud dan niat. Planning  berarti perencanaan. Perencanaan adalah proses kegiatan, sedangkan rencana adlah hasil dari perencanaan.

Perencanaan adalah kegiatan yang berkaitan dengan usaha merumusakan program yang didalamnya memuat segala sesuatu yang akan dilaksanakan, penentuan tujuan, kebijaksanaan, arah yang akan ditempuh, prosedur dan metode yang akan diikuti dalam usaha pencapaian tujuan.

 

Perencanaan mengandung tiga hal yang mendasar, yaitu : (1) tujuan; (2) perhitungan dan pertimbangan kebijakan; (3) pelaksanaan rencana

 

Penentuan-penentuan dalam perencanaan :

  1. Bentuk atau jenis kegiatan yang akan diaksanakan
  2. Prosedur pelaksanaan kegiatan
  3. Kebijakan yang dijadikan landasan kegiatan
  4. Arah dan tujuan yang hendak dicapai
  5. Personal yang melaksanakan rencana
  6. Waktu pelaksanaan rencana
  7. Anggaran biaya yang dibutuhkan

 

  1. JENIS-JENIS PERENCANAAN
  2. Jenis Planning menurut penggunaannya
  3. Single use plaaning, yaitu perencanaan untuk satu kali pakai
  4. Repeats planning, yaitu perencanaan yang dipergunakan untuk keperluan yang berulang-ulang
  5. Jenis planning menurut penggunaanya
  6. Policy planning (merupakan kebijakan), yaitu suatu planning yang berisi kebijakannya saja tanpa dilengkapi oleh teknis pelaksanaannya secara sistematis.
  7. Program planning,  yaitu planning yang merupakan penjelasan dan perincian dari policy planning; program planning; dibuat oleh badan khusus yang mempunyai wewenang untuk melaksanakan policy planning, misalnya BAPENAS.
  8. Operational planning (perencanan kerja), yaitu planning  yang memuat rencana mengenai cara-cara melakukan pekerjaan tertentu agar lebih berhasil dalam pencapaian tujuan dengan daya guna yang lebih tinggi.
  9. Jenis perencanaan menurut jangka waktunya
  10. Long range planning
  11. Intermediate planning
  12. Short range planning
  13. Jenis perencanaan menurut wilayah pelaksanaannya
  14. Rural planning, yaitu perencanaan pedesaan
  15. City planning, yaitu perencanaanuntuk suatu kota
  16. Regional planning, yaitu perencanaan tingkat daerah kabupaten atau kota
  17. National planning, yaitu perencanaan tingkat nasional (negara) yang mencakup segenap wilayah suatu negara.
  18. Jenis perencanaan menurut materinya
  19. Personnel planning
  20. Financial planning
  21. Industrial planning
  22. Educational planning
  23. Jenis Perencanaan menurut segi umum dan khusus
  24. General plans (rencana umum)
  25. Special planning (rencana khusus)
  26. Overall planning

 

  1. Sifat-Sifat Perencanaan
  2. Faktual
  3. Rasional
  4. Fleksibel
  5. Berkesinambungan
  6. Dialektis
  7. Cara-Cara Membuat Perencanaan
  8. Menetapkan sasaran atau perangkat tujuan
  9. Menentukan keadaan, situasi dan kondisi sekarang
  10. Mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat
  11. Mengembangkan rencana dan menjabarkannya
  12. Organizing dan Coordinating
  13. Organizing

Mengorgnisasikan (Organizing) adalah suatu proses menghubungkan orang-orang yang terlibat  dalamorganisasi tertentu dan menyatupadukan tugas serta fungsiya dalam organisasi

  1. Coordinating

Mengordinasikan (coordiatng) yaitu, menyatukan dan menyeleraskan segala kegiatan.

  1. Contriolling

Pengendalian controlling yakni menelitidan mengawasi agar semua tugas dilakukan dengan baik dan seuai dengan peratuaran yang adaatau sesuai dengan deskripsi kerja masiang masing personal.

 

Langkah langkah pengawasan:

  1. Memeriksa
  2. Mengecek
  3. Mencocokan
  4. Menginspaksi
  5. Mengendalaikan
  6. Mengatur
  7. Menegah sebelum terjadi kegagalan

 

  1. Evaluating

mengevaluasi (evaluating), menilai semua kegiatan untuk menemuka indikator yan menyebabkan sukses atau gagalnya pencapaian tujuan, sehingga dapat dijadikan bahan kajian berikutnya.

  1. Budgeting

Budgeting (penyusunan anggaran biaya).  Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam fungsi pembiayaan adalah :

  1. Perencanaan tentang berapa biaya yang diperlukan
  2. Sumber biaya yang diperoleh atau diusahakan
  3. Mekanisme penggunaannya
  4. Pelaksanaan pembiayaan kegiatan
  5. Pola pembukuan dan pertanggungjawabannya
  6. Pengawasan

 

  1. actuating

actuating adalah kegiatan yang menggerakkan dan mengusahakan agar para pekerja melakukan tugas dan kewajibannya. Hal-hal yang terdapat dalam actuating :

  1. penetapan saat awal pelaksanaan rencana kerja
  2. pemberian contoh tata cara pelaksanaa kerja dari pimpinan
  3. pemberian motivapara pekerja untuksegera bekerja sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya masing-masing
  4. pengkomunikasian seluruh arah pekerjaan dengan semua unit kerja
  5. pembinaan para pekerja
  6. peningkatan mutu dan kualitas kerja
  7. pengawasan kinerja dan moralitas pekerja
  8. forecasting

forecasting adalah kegiatan peramalan yang termasuk pada upaya memprediksi berbagai kemungkinan yang akan terjadi setelah pelaksaan kegiatan. Kegiatan forecasting berkaitan dengan hal-hal berikut ;

  1. mencari kemungkinan yang akan terjadi sehubungan dengan kegiatan yang sedang dilakukan dengan melihat kinerja organisasi
  2. membaca situasi dan kondisi yang belum terjadi dengan mempertimbangkan kebiasaan dan pengalaman di masa lalu, kemudian membuat rencana baru sebagai antisipasi keadaan yang akan datang
  3. menyusun dan mendiskusikan berbagai indikator yang diperkirakan akan mendukung atau sebagai pendorong kuat pembuatan rencana yang akan datang
  4. menela’ah berbagai indikator yang kemungkinan besar akan memperngaruhi pelaksanaan kegiatan yang akan dilaksanakan berakhir dengan kegagalan
  5. mempersiapkan berbagai alternatif untuk pengambilan keputusan
  6. Staffing atau assembling resouces

Staffing atau assembling resouces, termasuk kegiatan organisasi yang sangat penting karena berhubungan dengan penempatan orang dalam tugas dan kewajiban tertentu yang akan dilaksakan. Hal-hal yang perlu dilakukan sbb ;

  1. Penentuan jenis pekerjaan
  2. Penentuan jumlah yang dibutuhkan
  3. Penentuan tenaga ahli
  4. Penempatan personal sesuaidengan keahliannya
  5. Penentuan tugas, fungsi dan kedudukan pegawai
  6. Pembatasan otoritas dan tanggungjawab pegawai
  7. Penentuan hubungan antar unit kerja
  8. Penentuan gajih upah dan intensif pegawai yang berkaitan juga dengan bagian keuangan
  9. Penentuan masa jabatan, mutasi, pensiun dan pemberhentian pegawai

 

  1. Directing and commanding

Directing and commanding, merupakan kegiatan organisasi yang berhubungan dengan pembinaan dan pelaksaan intruksional para pemegang jabatan dalam organisasi.

 

 

 

BAB IV

ADMINISTRASI DAN RUANG LINGKUPNYA

  1. Pengertian Administrasi

Secara etimologis, administrasi berasal dari Bahasa Latin yang terdiri dari kata “ad” dan “ministrare”. Ad artinya intensif, sedangkan ministrare artinya membantu atau mengarahkan.

Menurut Herbert A. Simon dalam Sugandha dan Handayaningrat mendefinisikan bahwa administrasi adalah suatu kegiatan dari kelompok yang mengadakan kerjasama untuk menyelesaikan tujaun bersama. Sementara itu menurut Jhon M. Pfiffner dalam Sugandha mengatakan bahwa administrasi adalah suatu proses yang terutama bersangkut paut dengan alat-alat untuk menyelenggarakan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.

Dalam arti sempit, administrasi administrasi adalah kegiatan yang berkitan dengan ketata usahaan, pencatatan dan pembukuan informasi serta pembuatan file-file dalam suatu organisasi. Dalam arti luas, administrasi sama dengan arti manajemen, yaitu proses kerjasama seluruh personal dalam organisasi yang erat kaitannya dengan fungsi-fungsi manajemen dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

 

  1. Ruang Lingkup Administrasi

Ruang lingkup administrasi terdiri atas beberapa bidang :

  1. Bidang tata usaha
  2. Bidang personalia
  3. Bidang pengawasan
  4. Fungsi-Fungsi Administrasi

fungsi-fungsi administrasi terdiri dari :

  1. Pengelolaan perlengkapan
  2. Pembukuan perencanaan
  3. Pelaporan
  4. Fungsi pengawasan administrasi
  5. Fungsi filling
  6. Fungsi kerjasama
  7. Fungsi komunikasi
  8. Fungsi laporan

 

BAB V

ORGANISASI DAN RUANG LINGKUPNYA

  1. Pengertian Organisasi

Secara etimologi, Kata organisasi berasal dari kata “organization” yang bentuk invinitivenya “to organize” yang berarti menyusun atau mengatur bagian-bagian yang berhubungan satu sama lain, yang tiap bagian mempunyai satu tugas khusus atau berhubungan dengan keseluruhan.

Secara terminologi, organisasi merupakan sistem terpadu yang didalamnya terdapat subsistem dan komponen-komponen yang saling berhubungan.

  1. Sifat-Sifat Organisasi
  2. Organisasi Formal

Ciri-ciri  organisasi formal adalah sebagai berikut :

  1. Seluruh anggota organisasi diikat oleh suatu persayaratan formal sebagai bukti keanggotaannya.
  2. Kedudukan, jabatan dan pangkat yang terdapat dalam organisasi dibuat secara hierarkis dan piramida yang menunjukkan tugas, kedudukan, wewenang dan tanggungjawab yang berbeda-beda.
  3. Setiap anggota memiliki jabatan secara otomatis, memiliki wewenang dan tanggungjawab yang membawahi jabatan anggota dibawahnya.
  4. Hak dan kewajiban melekat sepenuhnya pada anggota organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggungjawabnya.
  5. Pelaksanaan kegiatan diatur menurut jabatannya masing-masing, tetapi setiap fungsi jabatang dengan tugasnya saling berhubungan dan melakukan kerjasama
  6. Seluruh kegiatan direncanakan secara musyawarah mufakat dengan mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan.
  7. Hubungan kerja sama dilakukan menurut tngkaan jabatan struktural yang jelas yangberimplikasiseara langsung kepada pembedaan pengkajian dan tunjangan masing-masing anggota organisasi.
  8. Adanya anggaran dasar dan anggaran rumah tangga yang merupakan sistem kinerja organisasi
  9. Organisasi informal

Ciri-ciri organisasi informal adalah sebagai berikut:

  1. Sifat organisasi informal melekat pada organisasi informal, sebagimana negara mengaruskan adanya KTP bagu warga negaranya.
  2. Tidak adanya kontak diantara anggota yang diatur oleh anggaran dasar dan anggaran rumah tangga.
  3. Jumlahnya sangat banyak, terutama berhubungan dengan kegiatan-kegiatan masyarakat yang dilembagakan seara formal.
  4. Bentuk-bentuk organisasi

Dilihat dari pola hubungan kerja, wewenang, dan tanggung jawab para anggota organisasi, organisasi dapat dibedakan menurut bentuknya, yaitu sebagai berikut.

  1. Organisasi garis (line organization), yaitu suatu bentuk organisasi yang memandang dan menerapkan sumber wewenang tunggal.
  2. Organisasi staff (staff organization),  yaitu suatu organisasi yang hanya mempunyai hubungan denga pucuk pimpinan dan mempunyai fungsi memberikan bantuan, baik berupa pikiran maupun bantuan lain demi kelancaran tugas pimpinan dalam mencapai yujuansecara keseluruhan.
  3. Organisasi lini dan staff (line and staff)
  4. Organisasi fungsional
  5. Organisasi bentuk panitia (commite)

 

  1. Prinsip-Prinsip Organisasi

Prinsip adalah landasan atua pijakan yangs ering disebut sebagai referensi utama dalam memulai pelaksanaan kegiatan.

Menurut Prajudi Atmosudirjo , ada sebelas prinsip organisasi yaitu:

  1. Kesatuan komando
  2. Pembagian kerja
  3. Keseimbangan antara tugas, tanggung jawab dan kekuasaan
  4. Prinsip komunikasi
  5. Kontiunitas/kesinambungan
  6. Prinsip koordinasi
  7. Saling asuh
  8. Pelimpahan kekuasaan/delegasi
  9. Pengamatan, pengawasan dan pengecekan
  10. Asas tahu diri
  11. Kehayatan

 

 

 

BAB VI

KEPEMIMPINAN DAN FUNGSI-FUNGSI KEPEMIMPINAN

  1. Pengertian Pemimpin dan Kepemimpinan

Pemimpin adalah ornag yang mempunyai bawahan atau orang yang mengendalikanjalannya organisasi. Kepemimpinan adalah sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan sifat kepriabadian, termasuk kewibawaan, untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka meyakinkan orang-orang yang dipimpinnnya agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebenkan kepadanya dengan rela, penuh semangat, ada kegembiraan batin, serta tidak terpaksa. Kepemimpinan merupakan sifat dari pemimpin dalam melasanakan tugas dan kewajibannya.

  1. Teori-Teori Kepemimpinan

Teori kepemimpinan yangberkembang adalah sbb.

  1. Teori genetik, yaitu kepemimpinandiartikan sebagai traits within the individual leader: seseorag dapat dijadikan sebagai pemimpian karena memeang dilahirkansebagai pemimpin dan bukan karena  dibuat atua dididik untuk itu.
  2. Teori sosial, teori yang memandang kepemimpinan sebagai fungsi kelompok.
  3. Teori situasional, suatu teori yang berpandangan bahwa kepemimpinan sanga bergantu pada situasinya.
  4. Teori ekologis, suatu teori yang mengatakan bahwa kepemimpinan merupakan penggebungan suatu bakat alami yang sudah ada sejak dilahirkan dengan pendidikan dan pelatihan ang intensif.
  5. Teori sosio-behavioristik, yaitu teori yang mengatakan bahwa kepemimpinan dilahirkan oleh hal berikut:
  6. Bakat, turunan dan kecerdasan yang alamiah
  7. Pengalaman dalam kepemimpinan
  8. Pembenukan formal dalam organisasi
  9. Situasi lingkungan
  10. Pendidikan dan pelatihan
  11. Kesepakatan sosial dan kontra politik
  12. Gaya dan model kepemimpinan
  13. Kepemimpinan Otokratis;
  14. Tipe Militeristis;
  15. Gaya Paternaistik;
  16. Gaya atau model Kontingensi Fielde;
  17. Gaya atau Model Kepemimpinan Tiga Dimensi;
  18. Gaya atau Model Kontium berdsarkan banyaknya peran serta bawaan daklam pengambilan putusan;
  19. Gaya kepemimpinn Laissez Faire;
  20. Kepemimpinan yang Demokratis;
  21. Gaya kepemimpinan Kharismatik;
  22. Tugas dan Fungsi Kepemimpinan

Hasilpenelitian Stogdill menyimpulkan bahwa kepemimpinan ditandaidengan bermacam-macam sifat yang dikelompokan sebagai berikut.

  1. Capacity, meliputi: kecerdasan, kewaspadaan, kemampuan berbicara, keaslian dan kemampuan nilai.
  2. Achiefment, meliputi: helar kesarjanaan, pengetahuan, keberhasilan dan olah raga.
  3. Responsibility, meliputi: mandiri berinisiatif, tekun, agresif, percaya diri, berkeinginan untuk maju.
  4. Participation, meliputi: aktif, kemapuan bergaul, kerja sama, mudah menyesuaikan diri, humoris.
  5. Status, meliputi: Kedudukan sosial ekonomidan ketenaran.
  6. Situation, meliputi: mental yang baik, status yang baik, mempunyai keahlian, berkeinginan untuk maju, berdaya kepengikutan, berorientasi kepada tujuan.

Pemimpin ideal iaah pemimpina yang mempunyai sifat-sifat berikut:

  1. Adil
  2. Amanah
  3. Fathonah
  4. Tabligh
  5. Shidiq
  6. Qana’ah
  7. Siasah
  8. Sabar

 

 

 

 

 

 

BAB VII

KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI

 

  1. Pengertian Komunikasi

Ada beberapa pengertian komunikasi yang dikemukakan oleh para pakar komunikasi dan litelatur, diantaranya sebagai berikut.

  1. Oxford Dictionary (Oxford University Perss, 1956) menyatakan bahwa komunikasi adalah “the sending of exchange of information, ideas, ect,” yang artinya pengirimn atau tukar menukar informasi dan sebagainya.
  2. Phil. Astrid Susanto dalam bukunya Komunikasi dalam Teori dan Praktek menyebutkan bahwa komunikasi adalah roses pengoperasian lambang-lambang yang mengandung arti.
  3. Dalton E. Mc Farland mengemukakan dalam bukunya Management principles and pratice, bahwa “comunication ma be defient as the process of meaningful inteaction among human being” komunikasi sebagai proses interaksi yang mempunyai arti anar sesama manusia.
  4. Komunikasi adalah prose penyampaian suatu pesan oeh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau mengubah sikap, pendapat, atau perilaku baik langsung secara lisan maupun tidak langsung melaluai media.
  5. Dalamorganisasi komunikasi adalah rangkaian pemahaman yang memadaukan anggota-anggota organisasi dari atas ke bawah, bawah ke atas secara lateral. Komuniksasi ini terjadi disetiap bagian oragnisasi dalam dan dengan berbagi arah.

 

  1. Unsur-unsur dan Proses Komunikasi

Komnuikasi terdiri dari beberapa unsur yang sangat penting, yaitu:

  1. Komunikator
  2. Komunikan
  3. Pesan, berita dan informasi
  4. Alat komunikasi
  5. Teknik komunikasi
  6. Interaksi kedua belah pihak
  7. Vervalitas atau nonverbal dalam komunikasi

Prose komunikasi adalah proses timbal balik antar komunikator sebagai pengirim dan komunikan sebagai penerima pesandan yang menciptaka pengertian dan penerimaan yangsama serta mengahsikan suatu tidakan yang sama untuk mencapai tujuan. Tahap-tahap proses komunkasi sebagaimana dijelaskan oleh Kristiadierdiri dari

  1. Tahap ideasi/gagasan
  2. Tahap encoding
  3. Tahap pengiriman
  4. Tahap penerimaan
  5. Tahap decoding
  6. Tahap respons

 

  1. Jeis-jenis Komunikasi

Jenis-jenis komunikasi terdiri atas jenis-jenis berikut:

  1. Menurut lawan komunikasi
  2. Satu lawan satu
  3. Satu lawan banyak
  4. Banyak lawan satu
  5. Banyak lawan banyak
  6. Menurut jumlah yang berkomunikasi
  7. Komunikasi perseorangan
  8. Komunikasi dalam kelompok
  9. Menurut cara penyampaian
  10. Komunikasilisan
  11. Komunikasi tertulis
  12. Menurut maksud komunikasi
  13. Memberi perintah/intruksi
  14. Memberi nasiahat
  15. Berpidato
  16. Mangajar, memberi contoh
  17. Berapat/rapat
  18. Berunding
  19. menginterview
  20. Menurut langsung/tidak langsung
  21. Komunikasi langsung; tatap muka
  22. Komunikasi tidak langsung: komunikasi tidak tatap muka

 

  1. Manfaat Komunikasi

Manfaat-manfaat dalam komunikasi dapat disbutkan sebagai berikut:

  1. Memberikan pengaruh positif bagi kemajuan suatu organisasi
  2. Menumbuhkan keakraban yang memperbesar semangat kerja dan keercayaan diri
  3. Menambah pengetahuan dan meningkatkan kepekaan terhadap masalah
  4. Mempermudah pemecahan masalah yang dihadapi
  5. Menyamakan presepsi tentang sesuatu dan melaksanakan pengambilan keputusan, denganpenuh pertimbangan atas dasar mausyawarah dan skala prioritas
  6. Bertukar pengalaman yang memperbanyak ideatau gagasan untuk kemajuan organisasi atau sejenisnya

 

  1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi

Ada dua faktor yang biasa hadir dalam komunikasi, yaitu faktor-faktor penghambat dan faktor penunjang.

 

  1. Prinsip-Prinsip Komunikasi

Prinsip-Prinsip Komunikasi yaitu :

  1. Prinsip motivasi
  2. Prinsip perhatian
  3. Prinsip keinderaan
  4. Prinsip pengertian
  5. Prinsip ulangan
  6. Prinsip kegunaan

 

  1. Teknik Komunikasi

Menurut Onong Uchyana Effendi, teknik komunikasi yang bisa dilakukan ada tiga macam :

  1. Komunikasi informatif
  2. Komunikasi Persuasif
  3. Komunikasi koersif/intruktif

 

 

BAB VIII

PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

  1. Pemecahan Masalah

Metode pemecahan masalah dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan :

  1. Pendekatan ilmiah
  2. Pendekatan fungsional-organis
  3. Pendekatan kekuasaan
  4. Pendekatan filosofis
  5. Pendekatan destruktif-rekonstrutif
  6. Pengambilan Keputusan

Secara teoritis, ada enam langkah proses pengambilan keputusan, yaitu:

  1. Mendefinisikan/menetapkan masalah
  2. Menentukan pedoman pemecahan masalah
  3. Mengdentifikasi alternatif
  4. Mengadakan penilaian terhadap alternatif yang diperoleh
  5. Memilih alternatif yang “baik”
  6. Implementasi alternatif yang dipilih

 

rancangan program BK sekolah

Posted on

BAB I

PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang

Kita hidup di dunia ini tak dipungkiri membutuhkan orang lain. Dalam berinteraksi dengan orang sekitar kita perlu tahu bagaimana cara bertingkah laku dengan baik sehingga dapat diterima dalam kehidupan sosial yang lebih luas. Tata krama telah menjadi persyaratan dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi tuntutan masyarakat dimana saja serta dalam kurun waktu kapan saja.

Berdasarkan hasil observasi dan angket yang telah dihimpun menunjukkan 75 % siswa SMAN 1 Tasikmalaya yang mengalami masalah dalam bertingkah laku sehingga tak jarang menimbulkan tidak diterimanya dalam kehidupan sosial dengan sekitar. Maka dari itu, siswa SMAN 1 Tasikmalaya diberikan materi tentang “Memantapkan Nilai dan Cara Tingkah Laku yang Dapat Diterima Dalam Kehidupan Sosial yang Lebih Luas”, sehingga para siswa dapat bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.

  1. Tujuan Program Bimbingan Konseling
  2. Tujuan Umum

Tujuan umum dibuatnya program ini adalah sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan layanan Bimbingan Konseling, hal ini dilakukan agar kegiatan yang akan dilaksanakan lebih terencana dan terstruktur.

  1. Tujuan Khusus
  2. agar siswa dapat memahami tentang tata krama dan nilai-nilai sosial yang berlaku dimasyarakat
  3. agar siswa dapat bertingkah laku sosial yang positif dan sesuai dengan tata krama yang ada dalam  kehidupan kelompok sebaya dan diluar kelompok sebaya
  4. agar siswa dapat memberikan contoh nilai-nilai sosial dalam kehidupan kelompok sebaya
  5. Dasar Hukum Bimbingan dan Konseling

Penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan bagian integral dari upaya pendidikan berperan aktif dalam mencerdaskan kehidupan bangsa melalui berbagai pelayanan bagi peserta didik bagi pengembangan potensi mereka seoptimal mungkin.

Pelaksanaan Bimbingan dan konseling di sekolah dilandasi oleh landasan hukum yang berupa undang-undang dan peraturan. Dengan adanya landasan hukum ini makin mengokohkan pelaksanaan Bimbingan Konseling di sekolah.

Peraturan Pemerintah No. 29 tahun 1990 Bab X pasal 27 tentang Sekolah Menengah:

Pasal 27 Ayat (1) Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan. Ayat (2) Bimbingan diberikan oleh guru pembimbing.

 

Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan, kalimat tersebut telah secara langsung memuat pengertian dan tujuan pokok bimbingan dan konseling di sekolah.

 

UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang sisdiknas bab 2 pasal 3 :

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara demogratis serta bertanggung jawab.

 

  1. Sasaran Kegiatan

Layanan informasi ini ditujukan kepada seluruh siswa kelas X  SMAN 1 Tasikmalaya agar siswa dapat memahami pentingnya Memantapkan nilai dan cara tingkah laku yang dapat diterima dalam kehidupan sosial yang lebih luas sehingga dapat bersosialisasi dengan baik.

  1. Tinjauan Materi

Tatakrama adalah kebiasaan sopan santun yang disepakati dalam lingkungan pergaulan antar manusia setempat. Tata krama terdiri atas tata dan krama. Tata berarti adat, aturan , norma, peraturan. Krama berarti sopan santun, kelakuan tindakan, perbuatan. Dengan demikian, tata krama berarti adab sopan santun, kebiasaan sopan santun, atau sopan santun.

Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan hidup tingkat internasional di perlukan suatu system yang mengatur bagaimana seharusnya manusia bergaul. Sistem pengaturan pergaulan tersebut menjadi saling menghormati dan dikenal dengan sebutan sopan santun, tata krama, protokoler dan lain-lain. Maksud pedoman pergaulan tidak lain untuk menjaga kepentingan masing-masing yang terlibat agar mereka senang, tenang, tentram, terlindung tanpa merugikan kepentingannya serta terjamin agar perbuatannya yang tengah dijalankan sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku dan tidak bertentangan dengan hak-hak asasi umumnya. Hal itulah yang mendasari tumbuh kembangnya Tatakrama di masyarakat kita.

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PELAKSANAAN KEGIATAN

  1. Sasaran Program

Layanan informasi ini ditujukan kepada seluruh siswa kelas X  SMAN 1 Tasikmalaya agar siswa dapat memahami pentingnya Memantapkan nilai dan cara tingkah laku yang dapat diterima dalam kehidupan sosial yang lebih luas sehingga dapat bersosialisasi dengan baik.

  1. Gambaran Program
TAHAP URAIAN KEGIATAN WAKTU
Pembukaan Salam pembuka, presensi kehadiran siswa, dan menjelaskan tentang tata krama di masyarakat.

Menyampaikan tujuan pembelajaran,

Menyajikan materi yang akan dikaji bersama.

5 Menit
Kegiatan inti

 

 

 

Tanya jawab dan berdiskusi dengan siswa tentang tata krama yang ada di masyarakat

Siswa menuliskan tentang kehidupan sehari-harinya saat di masyarakat

Siswa membandingkan tentang kehidupan dalam kelompoknya dengan kehidupan yang ada di masyarakat

Siswa membandingkan tentang tata karma pergaulan masyarakat yang baik dan yang buruk itu seperti apa.

30 Menit
Penutup Guru menjelaskan tentang perbandingan tatakrama pergaulan di masyarakat dengan pergaulan siswa sehari-hari dalam kelompok sosialnya

Refleksi dan membuat kesimpulan mengenai kegiatan yang telah dilakukan melalui diskusi dan Tanya jawab siswa.

10 Menit
  1. Pelaksanaan

Waktu Pelaksanaan              : 2x 45 menit (2 kali pertemuan)

Hari/Tanggal                         : Kamis/24 Oktober 2013

Pukul                                       : 08-00 s/d selesai

Tempat                                   : Ruang Kelas

Tema Kegiatan                     : Memantapkan nilai dan cara tingkah laku yang dapat diterima dalam kehidupan sosial yang lebih luas

Materi                                     : – Pengertian Tatakrama

–  Tatakrama dan nilai-nilai  sosial yang berlaku di masyarakat

–  Contoh nilai-nilai sosial dalam kehidupan kelompok sebaya diluar kelompok sebaya

Sarana dan Prasarana: Sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam menunjang program ini adalah Ruang  kelas, Perlengkapan ruangan,  alat-alat pelayanan BK yang meliputi; Modul Bimbingan Konseling, Catatan Pribadi, Instrumen BK. Papan tulis, kertas folio,dan  pulpen.

Metode                       : 1. Ceramah

2. Tanya jawab

3. Diskusi

  1.  Indikator Keberhasilan
  2. Siswa dinyatakan berhasil jika siswa mampu memahami tentang tata krama dan nilai-nilai sosial yang berlaku dimasyarakat
  3. Siswa dapat bertingkah laku sosial yang positif dan sesuai dengan tata krama yang ada dalam  kehidupan kelompok sebaya dan diluar kelompok sebaya
  4. Siswa dapat memberikan contoh nilai-nilai sosial dalam kehidupan kelompok sebaya.
  5. Rencana Tindak Lanjut

Setelah melaksanakan layanan informasi tentang cara bertingkah laku dengan baik dalam Kehidupan Sosial pada siswa Guru BK bekerja sama dengan Guru mata pelajaran dengan cara melakukan penilaian terhadap tingkah laku para siswa setelah dilakukannya layanan tersebut. Apabila para siswa masih ada yang kurang bisa dan kurang tau tentang cara bertingkah laku dengan baik dalam Kehidupan Sosial baik untuk menyesuaikan diri di sekolah maupun masyarakat maka Guru BK menerapkan konseling individu maupun bimbingan kelompok dan dianjurkan untuk selalu konsultasi kepada Guru BK ataupun kepada Guru mata pelajaran yang lain

  1. Evaluasi
  2. Evaluasi hasil            : jangka pendek diukur dengan menggunakan lembar refleksi diri Jangka menengah diukur dengan menggunakan lembar observasi partisipasi  Siswa saat mengikuti kegiatan
  3. Evaluasi proses          : Dilaksanakan dengan mengadakan pengamatan selama proses  kegiatan berlangsung. Aspek yang diamati antara lain partisipasi siswa dalam kegiatan layanan tersebut
  4. Rubrik Evaluasi (target penilaian untuk siswa) Siswa dikatakan berhasil memperoleh pengalaman belajar dengan baik apabila:
  5. Siswa dapat menjelaskan penerapan nilai dan perilaku pribadi dalem kehidupan diluar kelompok
  6. siswa mampu menyebutkan beberapa hal yang dapat menyebabkan manusia merasa ditolak

SHALAT DENGAN ISYARAT

Posted on

Oleh               : Ahmad Maulana Yusuf

                          Aridha Noor Intifadha

                          Ema Rahmatika Febriani

                          Eno Warini

Bimbingan Konseling Islam/A

Dalam syari’at islam tidak ada rukhsah bagi mereka yang mukallaf  (orang yang terkena beban kewajiban agama)  untuk meninggalkan shalat, yang ada hanya keringanan dalam kaifiyyah ( tatacara pelaksanannya). Itupun bisa terjadi hanya pada kondisi-kondisi tertentu yang ditoleransi oleh syari’at. Oleh sebab itu, Allah Swt. memerintahkan kepada setiap Muslim untuk menjaga kewajiban shalat dengan sebaik-baiknya.

Sebagian kaum muslimin beranggapan bahwasannya sakit merupakan keringanan bagi seseorang untuk tidak menunaikan shalat. Pemahaman ini sangatlah keliru. Orang dengan pemahaman seperti itu adalah orang yang tidak memahami kedudukan shalat dalam islam sehingga ia tidak memahami hikmah shalat. Untuk itu, bagi setiap muslim yang sakit hendaknya memahami tatacara shalat dalam kondisi sakit.

Seorang Muslim yang memiliki udzur sakit dan ia tidak bisa menunaikan shalat dengan memenuhi rukunnya seperti berdiri, ruku’, dan sujud. Maka ia diperbolehkan melaksanakan shalat sesuai dengan kemampuannya, namun dalam batasan syari’at.

Salahsatu tatacara shalat bagi orang yang sakit yaitu shalat dengan menggunakan isyarat. Hal ini dilakukan apabila orang yang sakit tersebut sudah benar-benar tidak mampu melaksanakan shalat dengan berdiri, duduk, ataupun berbaring. Maka baginya diperbolehkan shalat dengan menggunakan isyarat.

 

Adapun tatacara shalat dengan menggunakan isyarat adalah sebagai berikut.

  1. Shalat dengan menggunakan isyarat kepala.

Wajib bagi orang yang sakit dalam shalatnya untuk ruku’ dan sujud karena keduanya merupakan rukun. Namun, apabila ia tidak mampu untuk ruku’ dan sujud, maka ia boleh berisyarat dengan kepalanya.

Caranya : ketika sujud, kondisi kepala lebih rendah daripada ketika ruku’. Jika dia bisa ruku’ dan tidak bisa sujud, maka dia harus tetap ruku’, sedangkan sujud cukup dengan menganggukkan kepala. Jika bisa sujud dan tidak bisa ruku’, maka dia harus sujud dan menganggukan kepala tatkala ruku’.

 

  1. Shalat dengan menggunakan isyarat kedua matanya.

Apabila ia tidak mampu berisyarat dengan kepalanya maka ia dapat melakukan isyarat dengan kedua matanya. Caranya : dengan memejamkan matanya sedikit pada saat ruku’ dan memejamkan matanya sempurna ketika sujud.

 

  1. Shalat dengan menggunakan isyarat hati.

Apabila ia tidak mampu melakukan shalat dengan isyarat, baik isyarat kepala ataupun isyarat mata, maka ia dibolehkan untuk melakukan shalat dengan isyarat hati. Iabertakbir, membaca bacaan shalat, berniat, ruku’, dan sujud dilakukan dengan isyarat hatinya.

 

Adapun dalil naqli tentang shalat dengan menggunakan isyarat adalah sebagai berikut.

  1. Dari Jabir, ia berkata, “Rasulullah saw. menjenguk orang sakit. Beliau melihatnya sedang shalat diatas bantalnya. Rasulullah melemparkan bantal itu dan bersabda, ‘Shalatlah diatas tanah seandainya kamu mampu. Jika tidak, dengan isyarat. Dan jadikanlah isyarat dengan kepala ketika sujud lebih rendah daripada ruku’. (HR. Baihaqi)

 

  1. Dari Ali ra., Rasulullah saw., ia bersabda, “ orang sakit menunaikan shalat dengan berdiri apabila ia mampu. Apabila ia tidak mampu berdiri, dengan cara duduk dan seandainya tidak bisa melakukan sujud, ia berisyarat dengan kepala dan ketika sujud isyarat kepala lebih rendah dibandingkan ketika ruku’. Apabila tidak mampu dengan cara duduk, melakukannya dengan cara berbaring dengan bagian kanan dan menghadap kiblat. Seandainya tidak bisa dengan cara berbaring, ia shalat dengan cara telentang dan kedua kakinya menghadap kiblat. (HR. Al-Daaruquthni)

Konsep Dasar Bimbingan Kelompok (resensi)

Posted on

Judul Buku      : Konsep Dasar Bimbingan Kelompok

Penulis             : Dra. Hj. Sitti Hartinah DS., MM.

Penerbit           : PT. Refika Aditama, Bandung.

Cetakan           : Pertama, 2009;

Tebal               : 150 halaman

Harga              : Rp. 45.000,-

Peresensi         : Ema Rahmatika Febriani

 

Secara umum, kelompok sering diartikan sebagai kumpulan beberapa orang yang memiliki norma dan tujuan tertentu, memiliki ikatan batin antara satu dengan yang lain, serta meski bukan resmi, tetapi memiliki unsur didalamnya.

Dorongan setiap manusia tergabung dalam sebuah kelompok terjadi karena adanya tuntutan pemenuhan kebutuhan primer, kebutuhan sosial, menyangkut kepentingan untuk memenuhi kebutuhan utama, seperti berkomunikasi, melakukan kegiatan bersama, keteraturan sosial , dan kontrol sosial.

Derajat kekompakkan kelompok merupakan seberapa besar keinginan para anggotanya untuk tetap setia berada dalam kelompok. Hal tersebut dapat dilihat dari: 1) motivasi anggota untuk menciptakan kesejahteraan bagi seluruh anggota kelompok; 2) motivasi anggota untuk mempercepat pencapaian tujuan kelompok; 3) motivasi anggota untuk berpartisipasi. Dinamika kelompok mengarahkan anggota kelompok untuk melakukan hubungan interpersonal satu sama lain

Buku Konsep Dasar Bimbingan Kelompok karangan Dra. Hj. Sitti Hartinah DS., MM. ini fokus mengkaji tentang seluruh aspek yang ada didalam kelompok, khususnya dalam hal tahap-tahap layanan bimbingan kelompok.

Bimbingan kelompok merupakan salah satu bentuk usaha pemberian bantuan kepada orang-orang bermasalah. Bimbingan kelompok dilakukan dengan memanfaatkan suasana kelompok tertentu. Semua anggota kelompok mencurahkan potensinya dan menjadikan kelompok sebagai pisau pemberdayaan layanan bimbingan kelompok.

Menurut  penulis, dalam bimbingan kelompok, seluruh anggota kelompok diharapkan dapat melaksanakan semua peranannya dengan baik. Akan tetapi, tentulah sangat diharapkan jika setiap anggota kelompok memahami peran dan tugasnya sebagai anggota. Sebaliknya, pemimpin kelompok harus dapat membaca sikap anggota kelompok yang dapat mengganggu tugasnya sebagai pimpinan kelompok.

Penulis juga mengemukakan bahwa seorang pemimpin kelompok harus mempunyai kekuatan yang dapat digunakan untuk mempengaruhi atau mengatur bawahannya, melalui legitimasi pemakaian kekuatan. Dengan demikian kepemimpinan kelompok akan berjalan lancar jika ia dapat menunjukkan kepemimpinannya.

Adapun tahap-tahap yang dapat dilakukan oleh pemimpin kelompok dalam layanan bimbingan kelompok, penulis menggambarkannya kedalam empat tahap, yaitu : 1) tahap 1: tahap pembentukan, 2) tahap 2: tahap peralihan, 3) jembatan antara tahap 1 dan tahap 2, dan  4) pola keseluruhan.

Buku setebal 150 halaman ini memuat secara detail tentang penjelasan Hakikat Bimbingan Kelompok pada Bab I. Kerumunan dan Kelompok pada Bab II. Proses Pertumbuhan Kelompok pada Bab III. Jenis-Jenis Kelompok dan Aspek Psikologis pada Bab IV. Dinamika Kelompok pada Bab V. Keanggotaan Kelompok pada Bab VI. Masalah Kelompok pada Bab VII. Pimpinan Kelompok pada Bab VIII. Tahap-Tahap Perkembangan Kegiatan Kelompok dalam Layanan Bimbingan Kelompok pada Bab IX, serta Bimbingan Kelompok di Institusi Pendidikan.

Yang menjadi kekuatan dalam buku ini adalah bahasa yang disajikan cukup ringan dan mudah dipahami, memberi kemudahan pembaca untuk mengikuti alur berfikir penulis dalam pembahasan tersebut, terutama dalam pembahasan tentang tahap-tahap perkembangan kegiatan kelompok dalam layanan bimbingan kelompok yang dapat dijadikan oleh calon pemimpin kelompok (konselor).

Terlepas dari kelebihan tersebut, buku ini tentu memiliki beberapa kekurangan. Adapun kekurangan buku ini adalah tidak membahas tentang alternatif yang bisa dilakukan oleh pempimpin kelompok (konselor) untuk mengatasi masalah-masalah yang ada didalam kelompok tersebut.

Pada akhirnya yang dapat dijadikan catatan dari buku ini bahwa dalam pelaksanaan bimbingan kelompok, penulis menyimpulkan terdapat tahap-tahap tertentu yang harus dilakukan oleh pemimpin kelompok, agar dalam prosesnya, bimbingan kelompok tersebut berjalan sesuai dengan yang diharapkan oleh anggota dan pemimpin kelompok dan dapat mencapai tujuan bersama.

 

TEKNIK-TEKNIK MELAKUKAN KONSELING

Posted on Updated on

1. Teknik Rapport
Teknik Rapport dalam konseling merupakan suatu kondisi saling memahami dan mengenal tujuan bersama.
Implementasi teknik rapport dalam konseling adalang :
• Pemberian salam yang menyenangkan
• Suasana ruangan konseling yang menyenangkan
• Metepapkan topik pembicaraan yang sesuai
• Sikap terhadap klien
• Kesadaran terhadap hakikat klien secara alamiah
2. Perilaku Attending
Attending merupakan upaya konselor menghampiri klien yang diwujudkan dalam bentuk perilaku seperti kontk mata, bahasa tubuh dan bahasa lisan.
Wujud perilaku attending dalam proses konseling misalnya: – kepala mengangguk tanda setuju
-expressi wajah tenang, ceria dan senyum
-posisi tubuh agak condong ke klien, jarak duduk antara konselor dan klien agak dekat, duduk akrab berhadapan atau berdampingan.
-melakukan variasi gerangan tangan secara spontas untuk memperjelas ucapan
– mendengarkan aktif dan penuh perhatian, menunggu ucapan klien sampe selesai, perhatian terarah kepada klien.
3. Teknik Structuring
Structuring adalah proses penetapan batasan oleh konselor tentang hakikat, batas-batas dan tujuan proses konseling pada umumnya dan hubungan tertentu pada khususnya.
4. Empati
Empati merupakan kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan oleh klien, merasa dan berfikir bersama klien.
Empati ada dua macam, yaitu :
a. Empati Primer, yaitu empati apabila konselor hanya memahami perasaan, fikiran, keinginan dan pengalaman klien, dengan tujuan klien agar terlibat pembicaraan dan terbuka.
b. Empati tingkat tinggi, yaitu apabila kepahaman konselor terhadap perasaan, fikiran dan pengalaman klien lebih mendalam dan menyentuh klien karena konselor ikut dengan perasaan tersebut.
5. Refleksi Perasaan
Merupakan suatu upaya konselor untuk menyatakan dalam bentuk kata-kata yang segar dan sikap yang diperlukan terhadap klien.
Ada 3 wujud refleksi : 1. Refleksi perasaan positif, ditunjukkan oleh konselor dalam konseling melalui pernyataan persetujuan terhadap apa yang diungkapkan klien. 2. Refleksi perasaan positif, ditunjukkan oleh konselor dalam konseling melalui pernyataan penolakan terhadap apa yang diungkapkan klien. 3. Refleksi perasaan Ambivalen (masa bodoh), membiarkan saja (tidak menyetujui dan tidak menolak) apa yang dinyatakan klien.
6. Teknik Ekplorasi
Merupakan keterampilan konselor untuk menggali perasaan, pengalaman dan pikiran klien.
Ada tiga macam ekslorasi :
a. Eksplorasi perasaan, yaitu keterampilan konselor untuk menggali perasaan klien yang tersimpan
b. Eksplorasi pikiran, yaitu keterampilan konselor untuk menggali ide, pikiran dan pendapat klien
c. Eksplorasi pengalaman, yaitu keterampilan klien untuk menggali pengalaman-pengalaman klien yang telah dilaluinya.
7. Teknik Paraphrasing (menangkap pesan utama)
Paraphrasing merupakan suatu teknik yang digunakan konselor dalam konseling untuk menangkap pesan utama dari apa yang disampakan klien. Karena sering kali klien mengungkapkan perasaan, pikiran dan pengalamannya dengan berbelit-belit.
Paraphasing bertujuan untuk mengatakan kembali kepada klien esensi atau inti yang telah diungkapkan oleh klien.
Untuk dapat melakukan Paraphrasing yang baik, konselor harus menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti oleh klien.
8. Teknik Bertanya
Pada umumnya knselor kebingungan untu membuka suatu percakapan, karena karena sulit menduga apa yang ada di pikiran klien. Maka dari itu konselor dituntut untuk mempunya keterampilan dalam bertanya. Ada dua macam teknik bertanya :
a. Bertanya terbuka, pada pertanyaan ini klien bebas menjawab.
b. Bertanya tertutup, pada pertanyaan ini telah menggambarkan alternatif jawabannya seperti YA dan TIDAK. (jawabannya sudah pasti)

9. Dorongan Minimal
Yaitu dorongan yang diberikan konselor kepada klien secara langsung dan singkat, seperti oh.. ya.. lalu.. terus..
Teknik ini memungkinkan klien untuk terus berbicara dan mengarahkan agar pembicaraan mencapai tujuan.
10. Interpretasi
Merupakan usaha konselor mengulas pikiran, perasaan dan perilaku atau pengalaman klien berdasarkan atas teori-teori tertentu.
Tujuan utama teknik ini adalah untuk memberikan rujukan, pandangan atau tingkah lakuklien, agar klien mengerti dan berubah melalui pemahaman hasil rujukan.
11. Teknik Mengarahkan
Dalam proses konseling memerlukan partisipasi secara dari klien. Maka dari itu untuk mengajak klien berpartisipasi secara penuh perlu adanya ajakan dan arahan dari konselor, salah satu caranya yaitu dengan menyuruh klien untuk memerankan sesuatu yang ia nyatakan (bermain peran)
12. Teknik Menyimpulkan Sementara
Agar pembicaraan dalam konseling maju secara bertahap dan arah pembicaraan semakin jelas, maka setiap period waktu tertentu konselor bersama klien perlu menyimpulkan pembicaraan.
Tujuannya adalah:
a. Memberikan kesempatan kepada klien untuk mengambil kilas balik dari hal-hal yang telah dibicarakan bersama klien.
b. Untuk menyimpulkan kemajuan hasil pembicaraan secara bertahap
c. Untuk meningkatkan kualitas diskusi
d. Mempertajam atau memperjelas fokus atau arah wawancara konseling.
13. Teknik Memimpin
Agar pembicaraan dalam proses konseling tidak menyimpang, maka konselor harus mampu memimpin arah pembicaraan sehingga tujuan konseling bisa tercapai secara efektif dan efisien.
14. Teknik Fokus
Konselor yang efektif harus mampu membuat fokus melalui perhatiannya yang terseleksi terhadap pembicaraan dengan klien.
15. Teknik Konfrontasi
Adalah suatu teknik yang menantang klien untuk melihat adanya inkonsisensi (tidak konsisten) antar perkataan dengan perbuatan, ide awal dengan ide berikutnya, sedih dengan kepedihan.
Misalnya : klien menceritakan hal sedih sambil tersenyum (inkonsistensi antara perkataan dengan mimik wajah atau perbuatan)
Tujuan teknik ini :
a. Mendorong klien untuk introspeksi diri secara jujur
b. Meningkatkan potensi klien
c. Membawa klien kepada kesadaran adanya
16. Menjemihkan (mengklarifikasi)
Teknik ini dilakukan oleh konselor dengan mengklarifikasi ucapan-ucapan klien yang tidak jelas, samar-samar atau agak meragukan
Tujuannya:
a. Mengundang klien untuk menyatakan pesannya secara jelas, ungkapa kata-kata yang tegas dan dengan alasan yang logis.
b. agar klien menjelaskan, mengulang dan mengilustrasikan perasaanya.
17. Memudahkan (Facilitating)
Adalah suatu teknik membuka komunikasi agar klien dengan mudah berbicara dengan konselor dan menyatakan perasaan, pikiran dan pengalamannya secara bebas.
18. Diam sebagai suatu teknik.
Dalam konseling diam bisa dijadikan suatu teknik. Tujuannya adalah :
a. Menanti klien yang sedang berfikir
b. Sebagai protes apabila klien berbicara berbelit-belit
c. Menunjang perilaku attending dan empati sehingga klien bebas berbicara
Keadaan diam di pihak konselr bermanfaat bagi proses konseling :
a. Mendorong klien untuk berbicara
b. Membantu klien untuk lebih memahami dirinya
c. Mengurangi kecepatan interview
19. Mengambil Inisiatif
Pengambilan inisiatif perlu dilakukan oleh konselor ketika klien kurang bersemangat untuk berbicara, lebih sering diam dan kurang partisipatif.

20. Memberi Nasehat
Pemberian nasehat dapat dilakukan apabila klien memintanya, namun tetap konselor harus mempertimbangkannya.

21. Pemberian Informasi
Ketika klien meminta informasi kepada konselor kan suatu hal sedang konselor tidak mengetahuinya, maka konselor harus emngatakan yang sejujurnya bahwa ia kurang mengetahui info tersebut. Jangan memaksakan, sehingga memberika info yang salah. Atau dengan cara merujuk kien kepada sesorangyang ahli dalam bidangnya.
22. Merencanakan
Menjelang sesi akhir konseling, konselor harus mampu membantu klien untuk merencanakan suatu program yang akan dilakukan, guna memecahkan masalah yang saat ini sedang dialami klien
23. Menyimpulkan
pada akhir sesi konseling, konselor harus mampu membantu klien untuk membuat suatu kesimpulan mengenai:
a. Bagaimana keadaan perasaan klien saat ini terytama menyangkut tentang kecemasannya akibat masalah yang ia hadapi
b. Memantapkan rencana klien
c. Pokok-pokok yang akan dibicarakan pada sesi selanjutnya.
24. Teknik Mengakhiri
Teknik ini dapat dilakukan konselor dengan cara:
a. Mengatakan bahwa waktu sudah habis
b. Merangkum isi pembicaraan
c. Menunjukkan kepada pertemuan yang akan datang
d. Mengajak klien berdiri dengan isyarat gerak tangan
e. Menunjukkan catatan-catatan singkat hasil pembicaraan
f. Memberikan tugas-tugas tertentu kepada klien yang relevan dengan pokokmpembicaraan apabila diperlukan.

TEKNIK-TEKNIK MELAKUKAN KONSELING
1. Teknik Rapport
Teknik Rapport dalam konseling merupakan suatu kondisi saling memahami dan mengenal tujuan bersama.
Implementasi teknik rapport dalam konseling adalang :
• Pemberian salam yang menyenangkan
• Suasana ruangan konseling yang menyenangkan
• Metepapkan topik pembicaraan yang sesuai
• Sikap terhadap klien
• Kesadaran terhadap hakikat klien secara alamiah
2. Perilaku Attending
Attending merupakan upaya konselor menghampiri klien yang diwujudkan dalam bentuk perilaku seperti kontk mata, bahasa tubuh dan bahasa lisan.
Wujud perilaku attending dalam proses konseling misalnya: – kepala mengangguk tanda setuju
-expressi wajah tenang, ceria dan senyum
-posisi tubuh agak condong ke klien, jarak duduk antara konselor dan klien agak dekat, duduk akrab berhadapan atau berdampingan.
-melakukan variasi gerangan tangan secara spontas untuk memperjelas ucapan
– mendengarkan aktif dan penuh perhatian, menunggu ucapan klien sampe selesai, perhatian terarah kepada klien.
3. Teknik Structuring
Structuring adalah proses penetapan batasan oleh konselor tentang hakikat, batas-batas dan tujuan proses konseling pada umumnya dan hubungan tertentu pada khususnya.
4. Empati
Empati merupakan kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan oleh klien, merasa dan berfikir bersama klien.
Empati ada dua macam, yaitu :
a. Empati Primer, yaitu empati apabila konselor hanya memahami perasaan, fikiran, keinginan dan pengalaman klien, dengan tujuan klien agar terlibat pembicaraan dan terbuka.
b. Empati tingkat tinggi, yaitu apabila kepahaman konselor terhadap perasaan, fikiran dan pengalaman klien lebih mendalam dan menyentuh klien karena konselor ikut dengan perasaan tersebut.
5. Refleksi Perasaan
Merupakan suatu upaya konselor untuk menyatakan dalam bentuk kata-kata yang segar dan sikap yang diperlukan terhadap klien.
Ada 3 wujud refleksi : 1. Refleksi perasaan positif, ditunjukkan oleh konselor dalam konseling melalui pernyataan persetujuan terhadap apa yang diungkapkan klien. 2. Refleksi perasaan positif, ditunjukkan oleh konselor dalam konseling melalui pernyataan penolakan terhadap apa yang diungkapkan klien. 3. Refleksi perasaan Ambivalen (masa bodoh), membiarkan saja (tidak menyetujui dan tidak menolak) apa yang dinyatakan klien.
6. Teknik Ekplorasi
Merupakan keterampilan konselor untuk menggali perasaan, pengalaman dan pikiran klien.
Ada tiga macam ekslorasi :
a. Eksplorasi perasaan, yaitu keterampilan konselor untuk menggali perasaan klien yang tersimpan
b. Eksplorasi pikiran, yaitu keterampilan konselor untuk menggali ide, pikiran dan pendapat klien
c. Eksplorasi pengalaman, yaitu keterampilan klien untuk menggali pengalaman-pengalaman klien yang telah dilaluinya.
7. Teknik Paraphrasing (menangkap pesan utama)
Paraphrasing merupakan suatu teknik yang digunakan konselor dalam konseling untuk menangkap pesan utama dari apa yang disampakan klien. Karena sering kali klien mengungkapkan perasaan, pikiran dan pengalamannya dengan berbelit-belit.
Paraphasing bertujuan untuk mengatakan kembali kepada klien esensi atau inti yang telah diungkapkan oleh klien.
Untuk dapat melakukan Paraphrasing yang baik, konselor harus menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti oleh klien.
8. Teknik Bertanya
Pada umumnya knselor kebingungan untu membuka suatu percakapan, karena karena sulit menduga apa yang ada di pikiran klien. Maka dari itu konselor dituntut untuk mempunya keterampilan dalam bertanya. Ada dua macam teknik bertanya :
a. Bertanya terbuka, pada pertanyaan ini klien bebas menjawab.
b. Bertanya tertutup, pada pertanyaan ini telah menggambarkan alternatif jawabannya seperti YA dan TIDAK. (jawabannya sudah pasti)

9. Dorongan Minimal
Yaitu dorongan yang diberikan konselor kepada klien secara langsung dan singkat, seperti oh.. ya.. lalu.. terus..
Teknik ini memungkinkan klien untuk terus berbicara dan mengarahkan agar pembicaraan mencapai tujuan.
10. Interpretasi
Merupakan usaha konselor mengulas pikiran, perasaan dan perilaku atau pengalaman klien berdasarkan atas teori-teori tertentu.
Tujuan utama teknik ini adalah untuk memberikan rujukan, pandangan atau tingkah lakuklien, agar klien mengerti dan berubah melalui pemahaman hasil rujukan.
11. Teknik Mengarahkan
Dalam proses konseling memerlukan partisipasi secara dari klien. Maka dari itu untuk mengajak klien berpartisipasi secara penuh perlu adanya ajakan dan arahan dari konselor, salah satu caranya yaitu dengan menyuruh klien untuk memerankan sesuatu yang ia nyatakan (bermain peran)
12. Teknik Menyimpulkan Sementara
Agar pembicaraan dalam konseling maju secara bertahap dan arah pembicaraan semakin jelas, maka setiap period waktu tertentu konselor bersama klien perlu menyimpulkan pembicaraan.
Tujuannya adalah:
a. Memberikan kesempatan kepada klien untuk mengambil kilas balik dari hal-hal yang telah dibicarakan bersama klien.
b. Untuk menyimpulkan kemajuan hasil pembicaraan secara bertahap
c. Untuk meningkatkan kualitas diskusi
d. Mempertajam atau memperjelas fokus atau arah wawancara konseling.
13. Teknik Memimpin
Agar pembicaraan dalam proses konseling tidak menyimpang, maka konselor harus mampu memimpin arah pembicaraan sehingga tujuan konseling bisa tercapai secara efektif dan efisien.
14. Teknik Fokus
Konselor yang efektif harus mampu membuat fokus melalui perhatiannya yang terseleksi terhadap pembicaraan dengan klien.
15. Teknik Konfrontasi
Adalah suatu teknik yang menantang klien untuk melihat adanya inkonsisensi (tidak konsisten) antar perkataan dengan perbuatan, ide awal dengan ide berikutnya, sedih dengan kepedihan.
Misalnya : klien menceritakan hal sedih sambil tersenyum (inkonsistensi antara perkataan dengan mimik wajah atau perbuatan)
Tujuan teknik ini :
a. Mendorong klien untuk introspeksi diri secara jujur
b. Meningkatkan potensi klien
c. Membawa klien kepada kesadaran adanya
16. Menjemihkan (mengklarifikasi)
Teknik ini dilakukan oleh konselor dengan mengklarifikasi ucapan-ucapan klien yang tidak jelas, samar-samar atau agak meragukan
Tujuannya:
a. Mengundang klien untuk menyatakan pesannya secara jelas, ungkapa kata-kata yang tegas dan dengan alasan yang logis.
b. agar klien menjelaskan, mengulang dan mengilustrasikan perasaanya.
17. Memudahkan (Facilitating)
Adalah suatu teknik membuka komunikasi agar klien dengan mudah berbicara dengan konselor dan menyatakan perasaan, pikiran dan pengalamannya secara bebas.
18. Diam sebagai suatu teknik.
Dalam konseling diam bisa dijadikan suatu teknik. Tujuannya adalah :
a. Menanti klien yang sedang berfikir
b. Sebagai protes apabila klien berbicara berbelit-belit
c. Menunjang perilaku attending dan empati sehingga klien bebas berbicara
Keadaan diam di pihak konselr bermanfaat bagi proses konseling :
a. Mendorong klien untuk berbicara
b. Membantu klien untuk lebih memahami dirinya
c. Mengurangi kecepatan interview
19. Mengambil Inisiatif
Pengambilan inisiatif perlu dilakukan oleh konselor ketika klien kurang bersemangat untuk berbicara, lebih sering diam dan kurang partisipatif.

20. Memberi Nasehat
Pemberian nasehat dapat dilakukan apabila klien memintanya, namun tetap konselor harus mempertimbangkannya.

21. Pemberian Informasi
Ketika klien meminta informasi kepada konselor kan suatu hal sedang konselor tidak mengetahuinya, maka konselor harus emngatakan yang sejujurnya bahwa ia kurang mengetahui info tersebut. Jangan memaksakan, sehingga memberika info yang salah. Atau dengan cara merujuk kien kepada sesorangyang ahli dalam bidangnya.
22. Merencanakan
Menjelang sesi akhir konseling, konselor harus mampu membantu klien untuk merencanakan suatu program yang akan dilakukan, guna memecahkan masalah yang saat ini sedang dialami klien
23. Menyimpulkan
pada akhir sesi konseling, konselor harus mampu membantu klien untuk membuat suatu kesimpulan mengenai:
a. Bagaimana keadaan perasaan klien saat ini terytama menyangkut tentang kecemasannya akibat masalah yang ia hadapi
b. Memantapkan rencana klien
c. Pokok-pokok yang akan dibicarakan pada sesi selanjutnya.
24. Teknik Mengakhiri
Teknik ini dapat dilakukan konselor dengan cara:
a. Mengatakan bahwa waktu sudah habis
b. Merangkum isi pembicaraan
c. Menunjukkan kepada pertemuan yang akan datang
d. Mengajak klien berdiri dengan isyarat gerak tangan
e. Menunjukkan catatan-catatan singkat hasil pembicaraan
f. Memberikan tugas-tugas tertentu kepada klien yang relevan dengan pokokmpembicaraan apabila diperlukan.

KEbutuhan MAnusia Terhadap Dakwah

Posted on

BAB I

PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang

Berdasarkan informasi Al-Qur’an, ketika di alam arwah manusia telah melakukan kesaksian bahwa Allah adalah Tuhan mereka. Perjanjianini disebut perjanjian ketuhanan (‘ahd Allah) dan fitrah Allah. Nurcholish Madjid menyebutnya sebagai perjanjian primordial. Namun sayangnya, semua manusia lupa akan perjanjian itu setelah ruh bersatu dengan jasad, dalam proses kejadian manusia dan manusia lahir di alam dunia ini. Selanjutnya, Allah kemudian memberikan din fitrah (agama yang cocok dengan syahadah ketika di alam ruh). Dan din fitrah ini merupakan din al-Dakwah. Dengan demikian, dakwah diperlukan untuk mengaktualkan syahadah ilahiah ke dalam kenyataan hidup dan kehidupan manusia.

            Umat manusia sangat membutuhkan dakwah islamiyah ini. Mereka sangat butuh kepada ajaran agama Allah yang kokoh ini. Dan Allah telah menciptakan manusia ini dalam keadaan penuh kekurangan. Dari sini, maka bagaimana pun luas dan hebatnya pengetahuan mereka, manusia tetap dalam kekurangan dan keterbatasanya. Karena inilah manusia sangat membutuhkan orang yang mengajak untuk kembali kepada Allah. Berkaitan dengan masalah ini Ibnul Qayyim mengatakan :

“ kebutuhan manusia kepada syariat islam ini adalah kebutuhan sangat mendesak, melebihi kebutuhan mereka terhadap yang lainnya. Dan kebutuhan mereka terhadap syariat ini jauh lebih hebat dibandingkan hajat mereka terhadap udara untuk pernafasan mereka, bahkan jauh di atas kebutuhan terhadap makan dan minum. Oleh sebab itu tidak ada seorang pun dari manusia yang kebutuhannya kepada sesuatu jauh lebih hebat di bandingkan kebutuhan mereka terhadap ilmu pengetahuan tentang apa yang di bawa oleh Rasulullah melaksanakannya mendakwahkannya dan bersabar menghadapinya”

Kepentingan dan keutamaan dakwah ini semakin terlihat jelas  ketika fitrah manusia telah mengalamai perubahan seiring dengan penyimpangan dari manhaj yang lurus ini menuju peribadatan kepada selain Allah, baik melalui aturan pendidikan, lingkungan keluarga, atau masyarakat yaang buruh atau dengan adanya da’i – da’i sesat yaitu padat syaitan dari kalangan jin dan manusia. Sebagaimana Sabda Rasulullah :

“ tidak ada seoarang anak yang dilahirkan melainkan di lahirkan di atas fitrah ( Islam). Lalu kedua orang tuanya yang membuatnya jadi yahhudi, Nashrani, atau majusi ( HR. Bukhari dalam kitab Tafsir Surat Rum , 9/465 no/4775 dan Muslim Kitabul Qadar)

Maka tatkala berbagai hal yang merupakan faktor penyebab kesesatan manusia, Allah memberi perintah untuk berdakwah dan Allah menurunkan kitab-kitabNya serta mengutus para Rasul-Nya untuk berdakwah mengajak manusia kembali kepadaNya”.
Selayaknya untuk diungkapkan bahwa konsekuensi keberadaan mereka sebagai pengikut Rasulullah adalah berdakwah mengajak manusia kepada Allah. Bahkan mutaba’ah itu tidak dianggap sempurna kecuali dengan terpenuhinya hal ini.

Dakwah islam bertugas memfungsikan kembali indra keagamaan manusia yang memang telah menjadi fikri asalnya, agar mereka dapat menghayati tujuan hidup yang sebenarnya untuk berbakti kepada Allah. Sayid qutub mengatakan bahwa (risalah) atau dakwah islam ialah mengajak semua orang untuk tunduk kepada Allah Swt. Taat kepada Rosul. Dan yakin akan hari akhirat. Sasarannya adalah mengeluarkan manusia menuju penyembahan dan penyerahan seluruh jiwa raga kepada Allah Swt. Dari kesempitan dunia ke alam yang lurus dan dari penindasan agama-agama lain sudahlah nyata dan usaha-usaha memahaminya semakin mudah sebaliknya, kebatilan sudah semakin tampak serta akibat-akibatnya sudah dirasakan di mana-mana. Dengan demikian dakwah yang menjadi tanggung jawa kaum muslimin adalah bertugas menuntun manusia ke alam terang, jalan kebenaran dan mengeluarkan manusia yang berada dalam kegelapan kedalam penuh cahaya.

Dari uraian di atas, maka dapat disebutkan fungsi dakwah adalah: Dakwah berfungsi untuk menyebarkan islam kepada manusia sebagai individu dan masyarakat sehingga mereka merasakan rahmat islam sebagai Rahmatan Lil ‘Alamin bagi seluruh makhluk Allah SWT. Dakwah berfungsi melestarikan nilai-nilai islam dari generasi ke generasi kaum muslimin berikutnya sehingga kelangsungan ajaran islam beserta pemeluknyadari generasi ke generasi berikutnya tidak terputus. Dakwah berfungsi korektif artinya meluruskan akhlak yang bengkok, mencegah kemungkaran dan mengeluarkan manusia dari kegelapan rohani.

  1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulisan makalah ini mempunyai beberapa rumusan yaitu:

  1. Apa Hakikat Dakwah itu?
  2. Apa Hakikat Manusia itu?
  3. Bagaimana Kebutuhan Manusia Terhadap Dakwah?
  4. Apa Manfaat Dakwah bagi Manusia?
  5. Apa Akibat yang akan dialami oleh Manusia ketika ia Tidak didakwahi?

  1. Tujuan Pembahasan

            Berdasarkan rumusan masalah di atas, makalah ini bertujuan untuk:

  1. Mengetahui Apa Hakikat Dakwah itu?
  2. Mengetahui Hakikat Manusia itu?
  3. Mengetahui Kebutuhan Manusia Terhadap Dakwah?
  4. Mengetahui Manfaat Dakwah bagi Manusia?
  5. Mengetahui Akibat yang akan dialami oleh Manusia ketika ia Tidak didakwahi?

  1. Metode Penulisan

Dalam penulisan makalah ini kami menggunakan metode perpustakaan dengan mengambil beberapa sumber buku yang berhubungan dengan pembahasan disertai pengambil materi dari dunia maya atau internet.

 

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP DAKWAH

 A.    Hakikat Dakwah

Pengertian dakwah bagi kalangan awam disalahartikan dengan pengertian yang sempit terbatas pada ceramah, khutbah atau pengajian saja. Pengertian dakwah bisa kita lihat dari segi bahasa dan istilah. Berikut akan dibahas pengertian dakwah secara etimologis dan pengertian dakwah secara terminologis.

  1. Pengertian dakwah secara etimologis

Kata dakwah adalah derivasi dari bahasa Arab “Da’wah”. Kata kerjanya da’aa yang berarti memanggil, mengundang atau mengajak. Ism fa’ilnya (red. pelaku) adalah da’I yang berarti pendakwah. Di dalam kamus al-Munjid fi al-Lughoh wa al-a’lam disebutkan makna da’I sebagai orang yang memangggil (mengajak) manusia kepada agamanya atau mazhabnya. Merujuk pada Ahmad Warson Munawir dalam Ilmu Dakwah karangan Moh. Ali Aziz (2009:6), kata da’a mempunyai beberapa makna antara lain memanggil, mengundang, minta tolong, meminta, memohon, menamakan, menyuruh datang, mendorong, menyebabkan, mendatangkan, mendoakan, menangisi dan meratapi. Dalam Al-Quran kata dakwah ditemukan tidak kurang dari 198 kali dengan makna yang berbeda-beda setidaknya ada 10 macam yaitu; mengajak dan menyeru; berdo’a; mendakwa (menuduh); mengadu; memanggil; eminta; engundang; malaikat Israfil; gelar; dan anak angkat.

Dari makna yang berbeda tersebut sebenarnya semuanya tidak terlepas dari unsur aktifitas memanggil. Mengajak adalah memanggil seseorang untuk mengikuti kita, berdoa adalah memanggil Tuhan agar mendengarkan dan mengabulkan permohonan kita, mendakwa/menuduh adalah memanggil orang dengan anggapan tidak baik, mengadu adalah memanggil untuk menyampaikan keluh kesah, meminta hampir sama dengan berdoa hanya saja objeknya lebih umum bukan hanya tuhan, mengundang adalah memanggil seseorang untuk menghadiri acara, malaikat Israfil adalah yang memanggil manusia untuk berkumpul di padang Masyhar dengan tiupan Sangkakala, gelar adalah panggilan atau sebutan bagi seseorang, anak angkat adalah orang yang dipanggil sebagai anak kita walaupun bukan dari keturunan kita. Kata memanggil pun dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia meliputi beberapa makna yang diberikan Al-Quran yaitu mengajak, meminta, menyeru, mengundang, menyebut dan menamakan. Maka bila digeneralkan makna dakwah adalah memanggil.

Sebagaimana telah disebutkan di Bab I, definisi dakwah dari literature yang ditulis oleh pakar-pakar dakwah antara lain adalah:

  1. Dakwah adalah perintah mengadakan seruan kepada sesama manusia untuk kembali dan hidup sepanjang ajaran Allah yang benar dengan penuh kebijaksanaan dan nasihat yang baik (Aboebakar Atjeh, 1971:6).
  2. Dakwah adalah menyeru manusia kepada kebajikan dan petunjuk serta menyuruh kepada kebajikan dan melarang kemungkaran agar mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat (Syekh Muhammad Al-Khadir Husain).
  3. Dakwah adalah menyampaikan dan mengajarkan agama Islam kepada seluruh manusia dan mempraktikkannya dalam kehidupan nyata (M. Abul Fath al-Bayanuni).
  4. Dakwah adalah suatu aktifitas yang mendorong manusia memeluk agama Islam melalui cara yang bijaksana, dengan materi ajaran Islam, agar mereka mendapatkan kesejahteraan kini (dunia) dan kebahagiaan nanti (akhirat) (A. Masykur Amin)

Dari defenisi para ahli di atas maka bisa kita simpulkan bahwa dakwah adalah kegiatan atau usaha memanggil orang muslim mau pun non-muslim, dengan cara bijaksana, kepada Islam sebagai jalan yang benar, melalui penyampaian ajaran Islam untuk dipraktekkan dalam kehidupan nyata agar bisa hidup damai di dunia dan bahagia di akhirat. Singkatnya, dakwah, seperti yang ditulis Abdul Karim Zaidan adalah mengajak kepada agama Allah, yaitu Islam.

Setelah kita ketahui makna dakwah secara etimologis dan terminologis maka kita akan dapatkan semua makna dakwah tersebut membawa misi persuasive bukan represif, karena sifatnya hanyalah panggilan dan seruan bukan paksaan. Hal ini bersesuaian dengan firman Allah (ayat la ikraha fiddin) bahwa tidak ada paksaan dalam agama. Maka penyebaran Islam dengan pedang atau pun terror tidaklah bisa dikatakan sesusai dengan misi dakwah.

Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dakwah menurut bahasa artinya mengajak, menyeru, dan memanggil. Menurut istilah, dakwah adalah suatu proses mengajak manusia untuk mengerjakan kebaikan dan menngikuti petunjuk, menyuruh mereka berbuat baik dan melarang mereka dari berbuat jelek agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat, melalui metode dan media tertentu. Bebtuk-bentuk dakwah adalah tabligh, irsyad, tadbir, dan tathwir. Adapun jenis-jenis dakwah adalah dakwah nafsiyah, fardiyah, fi’ah qalilah, dan hizbiyah.

 B.     Hakikat Manusia

1.  Pengertian Manusia

Menurut bahasa, manusia itu sendiri berasal dari kata “Nasia” yang artinya lupa. Maksudnya adalah bahwa manusia hakikatnya lupa akan perjanjian dengan Allah sewaktu di alam ruh. Dalam arti lain, hakikat manusia memang pelupa. Hadits Rasul menjelaskan bahwa manusia adalah tempatnya salah dan lupa.

Al-Qur’an menegaskan kualitas dan nilai manusia dengan menggunakan tiga macam istilah yang satu sama lain saling berhubungan, yakni al-insaan, an-naas, al-basyar, dan banii Aadam. Manusia disebut al-insaan karena dia sering menjadi pelupa sehingga diperlukan teguran dan peringatan. Sedangkan kata an-naas (terambil dari kata an-naws yang berarti gerak; dan ada juga yang berpendapat bahwa ia berasal dari kata unaas yang berarti nampak) digunakan untuk menunjukkan sekelompok manusia baik dalam arti jenis manusia atau sekelompok tertentu dari manusia.

Manusia disebut al-basyar, karena dia cenderung perasa dan emosional sehingga perlu disabarkan dan didamaikan. Manusia disebut sebagai banii Aadam karena dia menunjukkan pada asal-usul yang bermula dari nabi Adam as sehingga dia bisa tahu dan sadar akan jati dirinya. Misalnya, dari mana dia berasal, untuk apa dia hidup, dan ke mana ia akan kembali.

Penggunaan istilah banii Aadam menunjukkan bahwa manusia bukanlah merupakan hasil evolusi dari makhluk anthropus (sejenis kera). Hal ini diperkuat lagi dengan panggilan kepada Adam dalam al-Qur’an oleh Allah dengan huruf nidaa (Yaa Adam!). Demikian juga penggunaan kata ganti yang menunjukkan kepada Nabi Adam, Allah selalu menggunakan kata tunggal (anta) dan bukan jamak (antum) sebagaimana terdapat dalam surah al-Baqarah ayat 35.

“Dan Kami berfirman: “Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu Termasuk orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Baqarah: 35)

Manusia dalam pandangan al-Qur’an bukanlah makhluk anthropomorfisme yaitu makhluk penjasadan Tuhan, atau mengubah Tuhan menjadi manusia. Al-Qur’an menggambarkan manusia sebagai makhluk theomorfis yang memiliki sesuatu yang agung di dalam dirinya. Disamping itu manusia dianugerahi akal yang memungkinkan dia dapat membedakan nilai baik dan buruk, sehingga membawa dia pada sebuah kualitas tertinggi sebagai manusia takwa.

Al-Qur’an memandang manusia sebagaimana fitrahnya yang suci dan mulia, bukan sebagai manusia yang kotor dan penuh dosa. Peristiwa yang menimpa Nabi Adam sebagai cikal bakal manusia, yang melakukan dosa dengan melanggar larangan Tuhan, mengakibatkan Adam dan istrinya diturunkan dari sorga, tidak bisa dijadikan argumen bahwa manusia pada hakikatnya adalah pembawa dosa turunan. Al-Quran justru memuliakan manusia sebagai makhluk surgawi yang sedang dalam perjalanan menuju suatu kehidupan spiritual yang suci dan abadi di negeri akhirat, meski dia harus melewati rintangan dan cobaan dengan beban dosa saat melakukan kesalahan di dalam hidupnya di dunia ini. Bahkan manusia diisyaratkan sebagai makhluk spiritual yang sifat aslinya adalah berpembawaan baik (positif, haniif).

Karena itu, kualitas, hakikat, fitrah, kesejatian manusia adalah baik, benar, dan indah. Tidak ada makhluk di dunia ini yang memiliki kualitas dan kesejatian semulia itu . Sungguhpun demikian, harus diakui bahwa kualitas dan hakikat baik benar dan indah itu selalu mengisyaratkan dilema-dilema dalam proses pencapaiannya. Artinya, hal tersebut mengisyaratkan sebuah proses perjuangan yang amat berat untuk bisa menyandang predikat seagung itu. Sebab didalam hidup manusia selalu dihadapkan pada dua tantangan moral yang saling mengalahkan satu sama lain. Karena itu, kualitas sebaliknya yaitu buruk, salah, dan jelek selalu menjadi batu sandungan bagi manusia untuk meraih prestasi sebagai manusia berkualitas mutaqqin di atas.

Gambaran al-Qur’an tentang kualitas dan hakikat manusia di atas megingatkan kita pada teori superego yang dikemukakan oleh sigmund Freud, seorang ahli psikoanalisa kenamaan yang pendapatnya banyak dijadika rujukan tatkala orang berbicara tentang kualitas jiwa manusia.

Menurut Freud, superego selalu mendampingi ego. Jika ego yang mempunyai berbagai tenaga pendorong yang sangat kuat dan vital (libido bitalis), sehingga penyaluran dorongan ego (nafsu lawwamah/nafsu buruk) tidak mudah menempuh jalan melalui superego (nafsu muthmainnah/nafsu baik). Karena superego (nafsu muthmainnah) berfungsi sebagai badan sensor atau pengendali ego manusia.Sebaliknya, superego pun sewaktu-waktu bisa memberikan justifikasi terhadap ego manakala instink, intuisi, dan intelegensi ditambah dengan petunjuk wahyu bagi orang beragama bekerja secara matang dan integral. Artinya superego bisa memberikan pembenaran pada ego manakala ego bekerja ke arah yang positif. Ego yang liar dan tak terkendali adalah ego yang negatif, ego yang merusak kualitas dan hakikat manusia itu sendiri.

2.   Tugas manusia

Tugas manusia di muka bumi berdasarkankan tuntunan Al-Qur’an setidaknya ada dua, yaitu sebagai khalifah dan sebagai ma’bud. Dari dua tugas tersebut, dalam perspektif filsafat dakwah, bisa ditarik suatu benang, bahwa tugas manusia adalah sebagai subjek dakwah (da’i) dan objek dakwah (mad’u). karena pada dasarnya da’i dan mad’u merupakan tugas manusia sebagai wujud dari perilaku ma’bud pula, sebagaimana perintah Allah dalam firman-Nya dan sabda Rasulullah saw yang pada intinya memerintahkan untuk melaksanakan dakwah, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya.

3.  Subjek Dakwah (Da’i)

Da’i/muballigh adalah setiap orang yang mengajak, memerintahkan orang  di jalan Allah (fi-Sabiilillah), atau mengajak orang  untuk memahami dan mengamalkan Al-Qur’an dan As-Sunnah nabi Muhammad SAW. Berhasil tidaknya gerakan dakwah  sangan ditentukan oleh kompetensi seorang da’i, yang dimaksud dengan kompetensi da’i adalah sejumlah pemahaman, pengetahuan, penghayatan, dan prilaku serta keterampilan yang harus dimiliki oleh para da’i, oleh karena itu para da’i harus memilikinya, baik kompetensi substantif maupun kompetensi metodologis

3.  Objek Dakwah (Mad’u)

Objek dakwah (mad’u) ialah orang yang menjadi sasaran dakwah, yaitu semua manusia, sebagaimana firman Allah SWT :

“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainka kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. As-Saba’: 28)

 C.    Kebutuhan Manusia Terhadap Dakwah

  1. Teori kebutuhan manusia

Secara fitrah manusia menginginkan “kesatuan dirinya” dengan Tuhan, karena itulah pergerakan dan perjalanan hidup manusia adalah sebuah evolusi spiritual menuju dan mendekat kepada Sang Pencipta. Tujuan mulia itulah yang akhirnya akan mengarahkan dan mengaktualkan potensi dan fitrah tersembunyi manusia untuk digunakan sebagai sarana untuk mencapai “spirituality progress”.

Di masa modern sekarang agama adalah kebutuhan pokok yang tidak bisa lupakan, bahkan tidak sesaat-pun manusia mampu meninggalkan agamanya, yang mana agama adalah pandangan hidup dan praktik penuntun hidup dan kehidupan, sejak lahir sampai mati, bahkan sejak mulai tidaur sampai kembali tidur agama selalu akan memberikan bimbingan, demi menuju hidup sejahtera dunia dan akhirat. Ponsel yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan sehari-hari masyarkat Indonesia bisa menjadi alat bantu untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan melalui fitur-fitur spiritual.

Maraknya penggunaan fitur spiritual ini sebenarnya tak hanya merebak di Indonesia. Menurut Craig Warren Smith, Senior Advisor University of Washington’s Human Interface Technology Laboratory, spiritual computing telah ada di negara-negara lain, seperti penggunaan fitur spiritual untuk umat Budha. Menurut Craig, nantinya fitur spritual akan menjadi faktor penting dalam keagamaan.

Berdasarkan penelitian beberapa ahli dari Georgia Institute of Technology Atlanta dan Computer Science & Engineering, University of Washington tentang Sacred Imagery in Techno-Spiritual Design, biasanya orang memakai fitur spiritual semacam ini untuk mendukung aktivitas ibadah mereka. Misalnya Gospel Spectrum, sebuah sistem visualisasi informasi yang memungkinkan penggunanya mempelajari Bible secara visual. Belum lagi fitur spritual untuk umat Budha dan sebagainya.

Salah satu contoh fitur spiritual yang dekat dengan masyarakat Indonesia saat ini adalah Athan Time. Aplikasi ini mengingatkan penggunanya untuk menjalankan solat lima waktu. Ini merupakan salah satu fitur yang dibuat untuk mendukung praktik techno-spiritual secara efektif. Selain itu, fitur ini juga berfungsi menghubungkan orang dengan pengalaman religius mereka. Beberapa responden dari penelitian yang dilakukan oleh Susan P. Wyche, Kelly E. Caine, Benjamin K, Davison, Shwetak N. Patel, Michael Arteaga, dan Rebecca E. Grinter menyebutkan, penggunaan fitur spiritual Islami, membuat mereka “melihat dan merasakan” spiritualitas yang ada.

Menjelang akhir hayatnya, Abraham Maslow menyadari dan menemukan adanya kebutuhan yang lebih tinggi lagi pada sebagian manusia tertentu, yaitu yang disebut sebagai kebutuhan transcendental. Berbeda dengan kebutuhan lainnya yang bersifa horizontal (berkaitan hubungan antara manusia dengan manusia), maka kebutuhan transcendental lebih bersifat vertikal (berakaitan dengan hubungan manusia dengan Sang Pencipta). Muthahhari, Seorang filsuf muslim dunia yang menghasilkan banyak karya filosofis berharga– pernah menyatakan bahwa manusia itu sejati dan senyatanya adalah sosok makhluk spiritual.

Maka tak aneh kalau kemudian muncul istilah Spritual Quantient (SQ) yang membahas ‘siapa saya’. Istilah SQ menjadi populer melalui buku SQ: Spritual Quotient,The Ultimate Intelligence (London, 2000) karya Danah Zohar dan Ian Marshall, masing-masing dari Harvard University dan Oxford University. SQ diklaim memiliki dasar dan bukti ilmiah. Pakar neurosains pada tahun 1990-an menemukan adanya “Titik Tuhan” atau God Spot di dalam otak. Titik Tuhan ini adalah sekumpulan jaringan saraf yang terletak di daerah lobus temporal otak, bagian yang terletak di balik pelipis. Dari eksperimen yang menggunakan sensor magnetis ditemukan adanya korelasi antara aktivitas berpikir tentang hal sakral seperti kedamaian, cinta, kesatuan, Tuhan dengan aktivitas magnet pada lobus temporal otak. Yang sangat sesuai dengan pembahasan dalammakalah ini adalah berkenaan dengan kebutuhan manusia terhadap spiritual

Berdasarkan kajian terhadap hakikat manusia, dapat dipahami secara filosofis alasan  manusia harus didakwahi. Manusia adalah makhluk yang mudah lupa (tempatnya salah dan lupa). Oleh karena itu, dakwah merupakan hal yang begitu penting bagi manusia, khususnya bagi mad’u sebagai media untuk mengingatkan dan meninjau atas hal-hal yang sering dilupakan manusia (ajaran agama). Tidak hanya untuk mad’u, tetapi penting pula bagi da’i sebagai bahan introsfeksi diri, mengingatkan kembali terhadap hal-hal yang ia lupakan.

  1. Ditinjau dari teori kebutuhan manusia

Dilihat dari teori kebutuhan manusia (kebutuhan spiritual), dapat dipahami pula bahwa manusia membutuhkan akan ketenangan jiwa. Salah satu caranya adalah melalui jalan ibadah. Manusia tidak akan mampu beribadah apabila tidak ada dakwah. Oleh karena itu, dakwah begitu penting bagi manusia.

Ada dua aspek makna pentingnya dakwah bagi manusia, yaitu:

a.  Memelihara dan mengembalikan martabat manusia

Dakwah adalah upaya para da’i agar manusia tetap menjadi makhluk yang baik, bersedia mengimani dan mengamalkan ajaran dan nilai-nilai Islam, sehingga hidupnya menjadi baik, hak-hak asasinya terlindungi, harmonis, sejahtera, bahagia di dunia dan di akhirat terbebas dari siksaan dari api neraka dan memperoleh kenikmatan surga yang dijanjikan. Ketinggian martabat manusia itulah yang dikehendaki Allah SWT. Sehingga manusia dapat menjalakan fungsinya sesuai dengan tujuan penciftaan-Nya, yaitu sebagau khalifah-Nya. Bukannya makhluk yang selalu menimbulkan kerusakan dan pertumpahan darah seperti yang dikhawatirkan oleh para malaikat.

Oleh sebab itu dakwah harus bertumpu pada tauhid, menjadikan Allah sebagai titik tolak dan sekaligus tujuan hidup manusia. Diatas keyakinan tauhid itulah manusia harus melakukan kewajiban menghambakan diri (mengabdi) kepada Allah yang wujudnya secara vertikal menyembah kepada Allah SWT., dan horizontal menjalankan sebuah risalah atau misi yaitu menata kehidupan sesuai dengan yang dikehendaki Allah SWT. Hal ini karena dakwah adalah mengajak orang untuk hidup mengikuti ajaran Islam yang bertumpu pada tauhid. Diatas fondasi tauhid itulah Islam dibangun untuk dipedomani pemeluknya supaya hidupnya selalu baik dan tidak seperti binatang ternak atau makhluk yang lebih rendah dari binatang.

 b.  Membina akhlak dan memupuk semangat kemanusiaan

Dakwah juga penting dan sangat diperlukan oleh manusia karena tanpanya manusia akan sesat. Hidupnya menjadi tidak teratur dan kualitas kemanusiannya merosot. Akibatnya manusia akan kehilangan akhlak seperti nuraninya tertutup, egois, rakus, liar, akan saling menindas, saling “memakan” atau saling “memeras”, melakukan kerusakan diatas dunia, sehingga konstatasi malaikat bahwa manusia sebagai makhluk perusak di bumu dan penumpah darah akan menjadi kenyataan.

Tanpa adanya dakwah manusia akan kehilangan cinta kasih, rasa keadilan, hati nurani, kepedulian sosial dan lingkungan, karena manusia akan menjadi semakin egois, konsumeristis, dan hedonis. Manusia hanya akan mementingkan dirinya sendiri tanpa mau memikirkan lingkungannya dan tidak peduli terhadap kesulitan dan penderitaan masyarakat lain. Manusia juga akan memanfaatkan apa saja untuk memuaskan hawa nafsunya.

Drs. Syukriadi Sambas, M.Si dalam bukunya memperinci kebutuhan manusia terhadap dakwah yaitu sebagai berikut:

  1. Manusia telah bersyahadan ketika di alam roh bahwa Allah adalah Tuhan mereka. Syahadah ini disebut dengan perjanjian ketuhanan (‘ahd Allah) dan fitrah Allah. Namun manusia menjadi lupaakan perjanjian itu setelah ruh bersatu dengan jasaddalam proses kjadian manusia lahir di alam dunia. Dakwah islamini diperlukan untuk mengaktualkan syahadah ilahiyah dalam kehidupan nyata
  1. Imam Syafi’i berkata:

“Cahaya di dalamhati pluktuatif, kadang bertambah dan kadang berkurang”. Karena itu, dakwah diperlukan untuk mengantisifasi keadaan hati yang berkurang dan memposisikannya dalam keadaan bertambah.

  1. Dakwah Islam menjadi dasar dan alasan bagi akal untuk melaksanakan kewajiban beriman kepada Allah, sebab sebelum datangnya dakwah yang dibawa Rasulullah manusia tidak akan mendapat azab. (pendapat ‘Asy’ariyah Bukhoro)
  2. Karakter agama Islam itu sendiri yang mengidentifikasikan dirinya sebagai penyebar kasih saying Tuhan bagi seluruh alam, dan wilayah kerasulan Rasul terakhir berlaku untuk seluruh jagat raya. Dalam halini, Alla berfirman:

 “Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. Katakanlah: “Sesungguhnya yang diwahyukan kepadaku adalah: “Bahwasanya Tuhanmu adalah Tuhan yang Esa. Maka hendaklah kamu berserah diri (kepada-Nya)”. (QS. Al-Anbiya: 107-108)

Selanjutnya, dakwah itu harus dilakukan karena alasan sebagai berikut:

  1. Potensi baik dan buruk yang Allah berikan

Hal ini dijelaskan dalam firman Allah SWT berfirman:

“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.” (QS. As-Syams: 8)

Dalam ayat di atas dapat difahami bahwa manusia itu mempunyai potensi untuk berbuar baik dan buruk. Maka setiap orang memerlukan nasihat dan pendidikan yang maksimal berupa dakwah untuk mengoptimalkan kebaikan yang ada. Sehingga setiap manusia akan condong kepada kebaikannya, dan keburukan akan terminimalisasi.

  1. Lingkungan keluarga sebagai pendidikan pertama

Rasulullah saw pun bersabda, “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, dan orang tuanyalah yang mengarahkannya menjadi Yahudi, Nashrani, atau Majusi” (HR. Bukhari dan Muslim). Berdasarkan hadits ini, lingkungan keluarga merupakan pendidikan awal bagi anak-anak dalam membentuk akhlak, moral, dan kepribadiannya. Pendidikan dalam hal ini bisa disebut dakwah.

D. Manfaat Dakwah Bagi Manusia

1.      Kebutuhan Manusia Kepada Dakwah Melebihi Kebutuhan Mereka Kepada Makanan

Allah swt menciptakan manusia dengan sempurna (ahsana taqwim). Dengan dibekali akal dan nafsu untuk menbedakan manusia dengan makhluk lain. Allah swt telah mengilhamkan kepada manusia jalan yang baik dan jalan yang fujur (sesat). Karena itulah manusia membutuhkan dakwah (nasihat orang lain) agar tidak futur dalam menjalankan ketaatan kepada Allah swt karena perintah Allah swt itu banyak dan berat sehingga manusia membutuhkan teman atau jamaah yang saling mengingkan diantara mereka, begitu juga pada hakikatnya nafsu manusia itu menyukai (condong) kepada hal-hal yang dilarang          ( النفس تهوى ما منع  ). sebagaimana firman Allah swt :

وتواصوا بالحق وتواصوا بالصبر

“dan saling menasehati dalam kebenaran dan saling menasehati dalam kesabaran.”

Manusia terdiri dari tubuh, akal dan hati. Tubuh membutuhkan makanan untuk bisa tegak dan menjalankan aktivitas. Adapun akal harus dimanfaatkan dengan banyak berfikir dan mentadabburi alam semesta ini. Dan hati lebih dari itu semua , karena hati ini tempat dimana Allah memberikan hidayah dan cahaya kepada manusia. Karena itu hati membutuhkan siraman dakwah sehingga tumbuh subur iman (hidayah ) Allah swt. tanpa siraman dakwah, hati akan mengeras dan mati. Sungguh indah ketika Allah menggambarkan bagaimana kerasnya  hati , firman Allah swt:

ثم قست قلوبكم من بعد ذلك فهي كالحجارة أو أشد قسوة وإن من الحجارة لما يتفجر منه الأنهار وإن منها لما يشقق فيخرج منه الماء وإن منها لما يهبط من خشية الله وما الله بغافل عما تعملون

“kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal diantara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. dan Allah sekali-sekali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan.” (Qs. Albaqoroh :74)

Dari ayat diatas jelas bahwa ketika hati manusia menjadi keras, maka ia tidak akan menerima kebenaran dan senantiaasa menjauhi kebenaran tersebut, naudzubillah min dzalik.

2.      Dakwah Melahirkan Kebaikan Pada Diri, Masyarakat Dan Negara

Miswan thohadi dalam bukunya “quantum dakwah dan tarbiyah” mengatakan : “Dakwah Selain kewajiban syariat, dakwah juga merupakan kebutuhan manusia secara universal. Artinya setiap manusia dimanapun ia berada tidak akan pernah hidup dengan baik tanpa dakwah. Dakwahlah yang akan menuntun manusia kepada kebaikan. Sedangkan menjadi ahli kebaikan adalah kebutuhan dasar setiap orang. Maka jangan pernah terpikir sediitpun untuk menjauh dari dakwah dengan alas an apapun. Justru ketika kita merasa kesulitan menjadi baik, maka dakwah inilah yang akan membantu kita memudahkannya. Semakin kita merasa berat meniti jalan islam, semakin besar pula kebutuhan kita terhadap dakwah.[1]

Ia melanjutkan , dakwah adalah kebutuhan setiap manusia, terlebih bagi sang dai sendiri. Menjadi sholih adalah kemestian atas setiap muslim dan menjadi dai adalah jalan yang paling efektif untuk menjadi sholih. Para nabi dan rosul Allah adalah para dai pejuang penegak agama Allah, disaat yang sama mereka juga harus mengamalkannya dalam kehidupan nyata. Allah swt berfirman;

شرع لكم من الدين ما وصى به نوحا والذي أوحينا إليك وما وصينا به إبراهيم وموسى وعيسى أن أقيموا الدين ولا تتفرقوا فيه كبر على المشركين ما تدعوهم إليه الله يجتبي إليه من يشاء ويهدي إليه من ينيب (13)

“Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa Yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya).” (assyura; 13)

ومن أحسن قولا ممن دعا إلى الله وعمل صالحا وقال إنني من المسلمين (33) ولا تستوي الحسنة ولا السيئة ادفع بالتي هي أحسن فإذا الذي بينك وبينه عداوة كأنه ولي حميم (34) وما يلقاها إلا الذين صبروا وما يلقاها إلا ذو حظ عظيم (35)

“ siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?”

 dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara Dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.

sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai Keuntungan yang besar.” (fushilat: 33-35)

Dari sini diketahui bahwa ketika kebaikan itu telah tertanam pada tiap individu, kemudian dari individu ini melahirkan sebuah keluarga yang baik, kemudian dari kumpulan keluarga akan melahirkan masyarakat yang baik, dan tidaklah mustahil dari masyarakat-masyarakat yang telah tertanam ruh kebaikan akan melahirkan negara yang baik pula.

3.      Dakwah Menjadikan Manusia Menjadi Mulia

Firman Allah swt:

وأن هذا صراطي مستقيما فاتبعوه ولا تتبعوا السبل فتفرق بكم عن سبيله ذلكم وصىكم به لعلكم تتقون ( الأنعام : 153 )

“dan inilah jalanku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah engkau ikuti jalan-jalan lain, karena itu semua akan menyesatkanmu dari jalanNya. Itulah yang telah diwasiatkan kepadamu agar kamu bertaqwa.” (al-an’am :  153)

Dakwah dalam perspektif yang luas merupakan jalan untuk membangun sistem kehidupan masyarakat yang mengarahkan umat manusia menuju penghambaan totalitas dalam semua dimensi kehidupan mereka hanya kepada Allah swt. jika prosesi ini berjalan dengan baik maka akan tercipta sebuah tatanan masyarakat yang harmonis, yang menjunjung tinggi nilai kemuliaandan menghindarkann diri dari prilaku keji yang berujung pada kehinaan. Jalan dakwah inilah yang telah ditempuh oleh Rosulullah saw dan para rosul sebelumnya. Di atas jalan ini pula mereka mengerahkan segenap potensi yang dimiliki untuk membangun kemulian umat. [2]

Tetapi ketika manusia menjauhi dakwah islam, sehingga egoisme menguasai seluruh elemen bangsa ini. Dimana pedagang hanya mementingkan keuntungan perdagangannya, pegawi hanya mementingkan pekerjaannya, dan begitu seterusnya masing-masing larut dengan urusannya tanpa mempedulikan kebaikan orang lain. Egosime inilah yang telah mencabut rasa percaya satu sama lain di antara warga masyarakat, yang memutuskaan ikatan kasih sayangantar anggota keluarga, dan melemahkan ikatan kemanusiaan antar manusia. Padahal manusia membutuhkan  kerja sama untuk menghadapi kesulitan-kesulitan dan problema kehidupan. Di sini, dakwah berperan memberikan harapan akan lenyapnya egosime dari masyarakat kita.

Karena itulah Allah mensifati umat dakwah  sebagai umat terbaik, karena menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar demi kemuliaan hidup bersama.[3] Firman Allah swt:

كنتم خير أمة أخرجت للناس تأمرون بالمعروف وتنهون عن المنكر وتؤمنون بالله ولو آمن أهل الكتاب لكان خيرا لهم منهم المؤمنون وأكثرهم الفاسقون (110)

“ kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.(ali imron : 110)

Hanya dengan dakwah, manusia akan mencapai kemuliaan dan kejayaannya seperti yang pernah tertoreh dalam tinta emas sejarah kemanusiaan. Karena hal itu menunjukkan, bahwa mereka peduli dan menaruh perhatian besar terhadap keadaan kehidupan di sekelilingnya demi kebaikan, kesejahteraan dan kemuliaan hidup umat manusia.

4.      Dakwah Adalah Jalan Menuju Bahagia

Orang-orang yang berjalan di atas dakwah akan merasa bahagia karena mereka melaksanakan perintah Allah swt. Dengan dakwah hati manusia menjadi tenang dan lapang, karena hidayah Allah swt. sebagaimana digambarkan Allah swt dalam surat al-an’am ayat 125:

فمن يرد الله أن يهديه يشرح صدره للإسلام ومن يرد أن يضله يجعل صدره ضيقا حرجا كأنما يصعد في السماء كذلك يجعل الله الرجس على الذين لا يؤمنون

“ Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. dan Barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.”

Jiwanya tenang tidak gelisah, karena jiwa mereka terlepas dari segala penghambaan syahwat dan dunia dan menundukkannya hanya kepada Allah swt semata. Seperti yang ditulis fathi yakan di dalam bukunya “musykilatu al-dakwah wa al-daiyah” : “para pelaku dakwah terbebas dari segala penghambaan dunia dan syahwat, sehingga mereka tidak merasakan rasa bahagia kecuali dengan mentaati Allah swt, tidak mengenal jihad (perjuangan) kecuali sebagai pintu menuju kesyahidan dan pintu menuju syurga Allah swt dan memperoleh ridhonya.[4] firman Allah swt :

ولا تحسبن الذين قتلوا في سبيل الله أمواتا بل أحياء عند ربهم يرزقون، فرحين بما أتاهم الله من فضله، ويستبشرون بالذين لم يلحقوا بهم من خلفهم ألا خوف عليهم ولا هم يحزنون، يستبشرون بنعمة من الله وفضل وأن الله لا يضيع أجر المؤمنين.

“janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup[5]disisi Tuhannya dengan mendapat rezki.

mereka dalam Keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka,bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (ali imron : 169-170)

Ayat diatas adalah hiburan bagi para dai yang berjuang di jalan Allah swt karena Allah swt berjanji akan memberikan kebahagiaan kepada mereka di dunia dan kebahagiaan di akhirat.

5.      Tanpa Dakwah Manusia Menuju Ke Jurang Kehancuran

Dakwah berarti menyeru atau mengajak manusia kepada suatu sistem yang diridloi Allah swt, yaitu islam. Manusia adalah makhluk ciptaan Allah swt. dan Allah maha mengetahui mana yang terbaik untuk mereka dengan memberikan kepada mereka rambu-rambu sehingga tercipta kehidupan yang teratur dan tenang. Karena itulah Allah swt mengutus para rosul untuk menyampaikan risalahnya kepada manusia. Supaya mereka berjalan di atas sistem yang telah Allah gariskan bagi mereka. Tetapi ketika mereka tidak mau berjalan di atas sistem atau menolak apa yang telah dibawa oleh para nabi dan rosul berarti mereka telah menjeburkan diri mereka ke dalam jurang kehancuran. Sebagaimana firman Allah swt :

واتقوا فتنة لا تصيبن الذين ظلموا منكم خاصة واعلموا أن الله شديد العقاب

“dan peliharah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang dzalim saja diantara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.” (al-anfal : 25)

Dalam sebuah riwayat dari zainab binti jahsy, ia bertanya, “wahai Rosulullah saw apakah kita akan binasa padahal di tengah-tengah kita ada orang – orang yang sholih? Rosulullah saw menjawab: “ya, apabila kemaksiatan telah merajalela.”

Dakwah mutlak diperlukan manusia, terlebih mereka sekarang hidup pada suatu masyarakat yang mengagung-agungkan kebebasan dan HAM (hak asasi manusia). Pelaku-pelaku kehancuran berbagai macamnya berupaya untuk merobohkan dan meruntuhkan nilai-nilai kebaikan. Sehingga kebebasan dan HAM  dianggap sebagai simbol kemajuan, sedang berpegang teguh terhadap ajaran agama dianggap sebagai keterbelakangan.

Dalam situasi (keadaan ) seperti ini, seandainya manusia menjauhi dakwah; seakan tidak lagi membutuhkan dakwah, maka masyarakat tersebut telah bersiap menuju jurang kehancuran.

Begitu juga manusia sekarang hidup di masa, dimana materi menjadi tujuan utama. Waktu (siang dan malam) mereka habiskan untuk mengejar materi. Mereka lalai akan hakikat tujuan diciptakannya manusia.  Banyak diantara mereka yang meninggalkan perintah Allah swt terutama sholat dan menghalalkan apa yang dilarang Allah swt  demi mendapatkan materi. Padahal, Hakikat kehidupan dunia hanyAllah sementara dan kenikmatan  yang fana, sedang akhirat adalah negri abadi selamanya. Keadaan seperti ini persis seperti yang pernah Rosulullah saw perkirakan jauh-jauh hari ketika bersabda:

والله ، ما الفقر أخشى عليكم، ولكني أخشى أن تبسط الدنيا عليكم كما بسطت على من كان قبلكم، فتتنافسونها كما تنافسوها، فتهلككم كما أهلكتهم.[6]

“demi Allah ,tidaklah kemiskinan yang aku (Rosulullah saw ) khawatirkan menimpa kalian, tetapi aku khawatir dilapangkan (dibuka ) dunia pada kalian sebagaimana yang perenah terrjadi pada uamat sebelum kalian. Sehingga kalian berlomba-lomba (mengumpulkan dunia) sebagaimana mereka lakukan, yang menjadi sebab kehancuran kalian sebagaimana mereka dihancurkan.”

6.      Dakwah Sebagai Pembuktian Kesejatian Manusia

من المؤمنين رجال صدقوا ما عاهد الله عليه فمنهم من قضى نحبه ومنهم من ينتظر وما بدلوا تبديلا

“diantara (sebagian ) orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; lalu diantara mereka ada yang gugur, dan diantara mereka pula ada yang menunggu-nunggu, dan mereka sedikitpun tidak merubah janjinya.” (al-ahzab : 23)

Dr. atabik luthfi mengatakan : “kata rijal yang tersebut dalam ayat diatas, dan beberapa ayat yang lain dalam konteks dakwah mencerminkan sebuah tanggung jawab, komitmen, kepekaan dan kepedulian. Justru hanya dengan dakwah seseorang bisa mencapai derajat “ar-rujulah”, kelelakian sejati. Alqur’an telah mengabadikan kisah kepedulian dan pebelaan tiga laki-laki terhadap dakwahk, yaitu : seorang laki-laki dari keluarga yasin, seorang laki-laki dari keluarga fir’aun dan seorang laki-laki dari ujung kota. Mereka mampu merasakan dan menghadirkan diri di arena pembelaan dakwah di saat dakwah sangat membutuhkannya.[7]

Dalam sejarah peradaban islam, tidaklah para ulama dan tokoh-tokoh islam dikenal kecuali karena mereka telah membuktikan diri mereka dimedan dakwah dengan perjuangan dan pengorbanan yang begitu besar. Mereka telah mengukir sejarah dengan darah dan tinta mereka demi tegaknya kalimatullah di muka bumi. Karena itu benarlah bahwa dakwah adalah pembuktian kesejatian manusia, karena orang yang berdakwah mampu memberikan yang terbaik untuk orang lain.

7.      Dakwah Adalah Investasi Amal Tanpa Batas

Rosulullah saw bersabda :

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «من دل على خير فله مثل أجر فاعله»

“barang siapa yang menunjukkan kebaikan , maka baginya pahala seperti orang yang mengerjakannya.” Hr. abu dawud[8]

Dari hadis diatas, diketahui bahwa orang yang senantiasa berdakwah mengajak manusia untuk berbuat baik sesuai yang diajarkan islam berarti ia telah berinvestasi untuk akhirat tanpa batas. Karena ia akan senantiasa mendapatkan pahala orang yang mengerjakan ibadah lantaran dakwahnya kepada dia. Hadis diatas dikuatkan dengan hadis yang diriwayatkan oleh abi hurairah, Rosulullah saw bersabda:

عن أبي هريرة، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: ” إذا مات الإنسان انقطع عمله إلا من ثلاث: صدقة جارية، وعلم ينتفع به، وولد صالح يدعو له “

“apabila manusia meninggal, maka terputuslah amalnya kecuali tiga hal; yaitu shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak sholih yang mendokan orang tuanya.” (hr. tirmidzi)[9]

Dakwah termasuk dalam kategori ilmu yang bermanfaat.

Dakwah lebih baik dari dunia, sebagaimana Rosulullah saw ketika berkata kepada Ali bin abi tholib:

“wahai ali, sungguh sekiranya Allah member hidayah seseorang karena dakwahmu, itu lebih baik bagimu daaripada unta merah.”(hr. bukhori muslim)

8.      Dengan Dakwah Manusia Lebih Produktif Beramal Dan Tidak Egois (Individual)

وقل اعملوا فسيرى الله عملكم ورسوله والمؤمنون

“katakanlah wahai muhammad, bekerjalah kalian, niscaya Allah swt akan melihat amal kalian, begitu juga rosulNya dan orang-orang beriman.”

Pada hakikatnya dakwah bukanlah rantaian kata-kata yang tersusun menjadi kalimat yang keluar dari lisan semata. Tetapi ia disampaikan dengan lisan dan diwujudkan dengan amal nyata. Karena itulah Allah swt berfirman dalam surat as-shaf :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ (2) كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ (3)

“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (qs. Asshaf : 1-2)

Kalau kita melihat sirah Rosulullah saw. Beliau adalah teladan dalam segala hal. Beliau adalah orang pertama kali yang melakukan sebelum ia menyuruh umatnya untuk melakukannya. bahkan beliau lebih banyak mencontohkan dengan amalnya. Sebagaimana yang pernah beliau lakukan ketika membangun masjid kuba, beliau sendiri ikut serta dengan mengambil batu-batu untuk pondasi masjid. Di perang akhzab ketika menggali parit, beliau juga yang menghancurkan batu-batu yang besar dimana tidak ada sahabat yang sanggup menghancurkannya.

Inilah sebagian contoh bahwa dakwah melahirkan amal nyata. ada suatu kaidah yang mengatakan “lisanul hal afsoh min lisanil maqol” perbuatan itu lebih mengena dari pada perkataan. karena dakwah tidaklah menciptakan manusia yang pandai beretorika dan berdebat, tetapi ia melahirkan generasi yang bisa membuktikan iman yang menghujam di dalam hati dengan amal dan karya nyata.

9.      Dakwah Adalah Lentera Hidup

Firman Allah swt:

أومن كان ميتا فأحييناه وجعلنا له نورا يمشي به في الناس كمن مثله في الظلمات ليس بخارج منها كذلك زين للكافرين ما كانوا يعملون

 “dan Apakah orang yang sudah mati kemudian Dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu Dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan.”

Imam syakuani menyebutkan di dalam tafsirnya  : yaitu orang kafir yang Allah swt hidupkan dengan islam. Dan cahaya adalah hidayah dan iman.[10]

Begitu juga ia menebutkan sebuah syair berikut :

وفي الجهل قبل الموت موت لأهله … فأجسامهم قبل القبور قبور

وإن امرأ لم يحي بالعلم ميت … فليس له حتى النشور نشور

“kebodohan adalah kematian bagi seseorang sebelum ia mati. Tubuhnya adalah kuburan bagi dirinya sebelum ia dikubur (di liang lahad)..sesungguhnya manusia yang hidup tanpa ilmu adalah mayit, maka tidak ada baginya kebangkitan sampai ia dibangkitkan”

Ia juga menyebutkan riwayat bahwa yang diberi cahaya adalah umar bin al-khottob, sedangkan yang masih dalam kegelapan adalah abu jahl bin hisyam. Karena Rosulullah saw pernah berdoa sebelum ayat ini diturunkan:

«اللهم أعز الإسلام بأبي جهل بن هشام، أو بعمر بن الخطاب» .

“Ya Allah muliakanlah islam dengan ibnu hisyam atau umar bin al-khottob.”[11]

Ini menunjukkan bahwa dakwah adalah lentera (cahaya ) hidup bagi manusia.sebaliknya tanpa dakwah manusia hanya akan hidup dalam kegelapan. Karena itulah manusia tidak bisa hidup tanpa dakwah.

E. Akibat Ketika Manusia tidak Didakwahi dan Tidak Melaksanakan Dakwah

Melihat dan mengingat pentingnya dakwah bagi manusia berdasarkan hakikat manusia, hakikat dakwah dan teori kebutuhan manusia, maka akibat yang akan diperoleh manusia apabila manusia tidak didakwahi atau dakwah tidak dilaksanakan adalah sebagai berikut:

  1. Karena manusia pada hakikatnya pelupa, maka manusia akan tetap dalam kebodohan terhadap akhlak dan moralitas sebagaimana yang terjadi pada zaman jahiliyyah.
  2. Manusia tidak akan dapat memenuhi kebutuhan spiritualnya, yang memang sangat penting kebutuhan itu terpenuhi.
  3. Cahaya hati pada manusia selalu dalam keadaan berkurang
  4. Akal tidak akan dipandu oleh pengetahuan-pengetahuan agama (syari’at Islam), sehingga perilakunya cenderung mengikuti akal dan hawa nafsu.
  5. Eksistensi Tuhan tidak akan dikenal oleh manusia,karena melalui dakwah para utusan-Nya lah eksistensi Tuhan ada.
  6. Potensi baik pada manusia yang Allah anugrahkan tidak akan termaksimalkan, malahan potensi keburukan lah yang akan lebih menguasai, disebabkan oleh akal dan nafsu yang membimbingnya.

BAB III

PENUTUP

  1. Simpulan
  1. Pengertian Dakwah

Secara Etimologi, Dakwah berarti Menyeru, mengajak, mengundang. Sedangkan secara terminologi, Dakwah berarti menyeru manusia menuju jalan Allah.

  1. Pengertian Manusia

            Menurut bahasa, manusia berasal dari kata “Nasia” yang artinya lupa. Maksudnya adalah bahwa manusia hakikatnya lupa akan perjanjian dengan Allah sewaktu di alam ruh. Dalam arti lain, hakikat manusia memang pelupa. Hadits Rasul menjelaskan bahwa manusia adalah tempatnya salah dan lupa.

            Ada dua aspek makna pentingnya dakwah bagi manusia, yaitu:

  1. Memelihara dan mengembalikan martabat manusia
  2. Membina akhlak dan memupuk semangat kemanusiaan

 

  1. Fungsi Dakwah bagi manusia, yaitu:
  2. Kebutuhan Manusia Kepada Dakwah Melebihi Kebutuhan Mereka Kepada Makanan
  3. Dakwah Melahirkan Kebaikan Pada Diri, Masyarakat Dan Negara
  4. Dakwah Menjadikan Manusia Menjadi Mulia
  5. Dakwah Adalah Jalan Menuju Bahagia
  6. Tanpa Dakwah Manusia Menuju Ke Jurang Kehancuran
  7. Dakwah Adalah Investasi Amal Tanpa Batas
  8. Dengan Dakwah Manusia Lebih Produktif Beramal Dan Tidak Egois (Individual)
  9. Dakwah Adalah Lentera Hidup

  1. Akibat Ketika Manusia tidak Didakwahi dan Tidak Melaksanakan Dakwah
    1. Karena manusia pada hakikatnya pelupa, maka manusia akan tetap dalam kebodohan terhadap akhlak dan moralitas sebagaimana yang terjadi pada zaman jahiliyyah.
    2. Manusia tidak akan dapat memenuhi kebutuhan spiritualnya
    3. Cahaya hati pada manusia selalu dalam keadaan berkurang
    4. Akal tidak akan dipandu oleh pengetahuan-pengetahuan agama (syari’at Islam), sehingga perilakunya cenderung mengikuti akal dan hawa nafsu.
    5. Eksistensi Tuhan tidak akan dikenal oleh manusia,karena melalui dakwah para utusan-Nya lah eksistensi Tuhan ada.
    6. Potensi baik pada manusia yang Allah anugrahkan tidak akan termaksimalkan, malahan potensi keburukan lah yang akan lebih menguasai, disebabkan oleh akal dan nafsu yang membimbingnya.

[1] Miswan thohadi , quantum dakwah dan tarbiyah, Jakarta: al-I’tishom 2008, cet.1 hal146-147

[2] Atabik luthfi, Tafsir da’awi , jakarta: alitishom, 2011. Cet. 1, hal : 8

[3] Ibid hal 10

[4] Fathi yakan, musykilatu al-dakwah wa al-daiyah, beirut: muassasah al-risalah thn. 1983. Cet.9 ,  hal.33

[5] Yaitu hidup dalam alam yang lain yang bukan alam kita ini, di mana mereka mendapat kenikmatan-kenikmatan di sisi Allah, dan hanya Allah sajalah yang mengetahui bagaimana Keadaan hidup itu

[6] Muhammad albukhori, shohih bukhori. Mesir: dar al-hadis, 2004. Cet. 5, juz4 hal 96 no 3158

[7] Ibid hal 15

[8] Sunan abu dawud, bab fi dal ala al-khoir,beirut: almaktabah al-ashriyah,  juz 4 hal 333 no. 5129

[9] Sunan tirmidzi, bab al-waqof, mesir: mustofa albabi alhalabi, juz3 hal 652. No 1376

[10] Muhammad a-syaukani, fathu al-qodir, damaskus : dar ibnu katsir, cet.1 juz2 hal.181

[11] Ibid, hal 182

SUMBER DAN LANDASAN METODOLOGI DAKWAH DARI AL-QURAN DAN HADITS

Posted on

Oleh

Ema Rahmatika Febriani

1211401027

BPI/III/A 

JURUSAN BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2012 M/1433 H

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah, merupakan satu kata yang sangat pantas penulis ucakan kepada Allah SWT, yang karena bimbingan-Nyalah maka penulis bisa menyelesaikan sebuah karya tulis berjudul “Sumber Metodologi Dakwah dari Al-Quran dan Hadits”

Saya mengucapkan terimakasih kepada pihak terkait yang telah membantu saya dalam menghadapi berbagai tantangan dalam penyusunan makalah ini.

Saya menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karna itu saya mengundang pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini.

Terima kasih, dan semoga makalah ini bisa memberikan sumbangsih positif bagi kita semua. Aamiin.

Bandung, 05 November 2012

 

BAB I

PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang

Islam adalah ajaran Allah yang sempurna dan diturunkan untuk mengatur kehidupan individu dan masyarakat. Akan tetapi, kesempurnaan ajaran islam hanya merupakan ide dan angan-angan saja jika ajaran yang baik itu tidak disampaikan kepada manusia. Lebih-lebih jika ajaran itu tidak diamalkan dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, dakwah merupakan suatu aktivitas yang sangat penting dalam keseluruhan ajaran islam. Dengan dakwah, islam dapat diketahui, dihayati, dan diamalkan oleh manusia dari generasi ke generasi berikutnya. Sebaliknya, tanpa dakwah terputuslah generasi manusia yang mengamalkan islam dan selanjutnya islam akan lenyap dari permukaan bumi. Kenyataan eratnya kaitan dakwah dan islam dalam sejarah penyebaran sejak diturunkan islam kepada manusia Max Muller membuat pengakuan bahwa islam adalah agama dakwah yang di dalamnya usaha menyebarkan kebenaran dan mengajak orang-orang yang belum memercayainya dianggap sebagai tugas suci oleh pendirinya atau oleh para pengikutnya.

Melemahnya kekuatan rohaniah kaum muslimin saat ini banyak disebabkan karena mereka secara berangsur-angsur meninggalkan ajaran islam dalam banyak segi kehidupannya satu-satunya sebab kemunduran social dan cultural kaum muslimin terletak pada realitas bahwa mereka secara bersangsur-angsur melalaikan jiwa ajaran islam. Islam adalah agama mereka, akan tetapi tinggal jasad jiwa mereka. Melemahnya kesadaran manusi untuk beragama atau kekurang pekaan mereka terhadap panggilan ilahiah menurut Abul Hasan An-Nadwy disebabkan hilangnya indra keenam, yaitu indra agama.

Dakwah islam bertugas memfungsikan kembali indra keagamaan manusia yang memang telah menjadi fikri asalnya, agar mereka dapat menghayati tujuan hidup yang sebenarnya untuk berbakti kepada Allah. Sayid qutub mengatakan bahwa (risalah) atau dakwah islam ialah mengajak semua orang untuk tunduk kepada Allah Swt. Taat kepada Rosul. Dan yakin akan hari akhirat. Sasarannya adalah mengeluarkan manusia menuju penyembahan dan penyerahan seluruh jiwa raga kepada Allah Swt. Dari kesempitan dunia ke alam yang lurus dan dari penindasan agama-agama lain sudahlah nyata dan usaha-usaha memahaminya semakin mudah sebaliknya, kebatilan sudah semakin tampak serta akibat-akibatnya sudah dirasakan di mana-mana. Dengan demikian dakwah yang menjadi tanggung jawa kaum muslimin adalah bertugas menuntun manusia ke alam terang, jalan kebenaran dan mengeluarkan manusia yang berada dalam kegelapan kedalam penuh cahaya.

Dari uraian di atas, maka dapat disebutkan fungsi dakwah adalah: Dakwah berfungsi untuk menyebarkan islam kepada manusia sebagai individu dan masyarakat sehingga mereka merasakan rahmat islam sebagai Rahmatan Lil ‘Alamin bagi seluruh makhluk Allah SWT. Dakwah berfungsi melestarikan nilai-nilai islam dari generasi ke generasi kaum muslimin berikutnya sehingga kelangsungan ajaran islam beserta pemeluknyadari generasi ke generasi berikutnya tidak terputus. Dakwah berfungsi korektif artinya meluruskan akhlak yang bengkok, mencegah kemungkaran dan mengeluarkan manusia dari kegelapan rohani.

BAB II

PEMBAHASAN

  1. Sumber dan Landasan Metodologi Dakwah dari Al-Quran

  1.  Surat An-Nahl: 125
  2. ادْعُإِلَىسَبِيلِرَبِّكَبِالْحِكْمَةِوَالْمَوْعِظَةِالْحَسَنَةِوَجَادِلْهُمْبِالَّتِيهِيَأَحْسَنُإِنَّرَبَّكَهُوَأَعْلَمُبِمَنْضَلَّعَنْسَبِيلِهِوَهُوَأَعْلَمُبِالْمُهْتَدِينَ

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[1] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (An-Nahl: 125)[2]

  1. Tafsiran Al-Qur’an

Kata  (الْحِكْمَةِ) hikmah antara lain berarti yang paling utama dari segala sesuatu[3], baik pengetahuan maupun perbuatan. Ia adalah pengetahuan atau tindakan yang bebas dari kesalahan atau kekeliruan.  Hikmah juga diartikan sebagai sesuatau yang bila digunakan /diperhatikan akan mendatangkan kemashalatan dan kemudahan yang besar atau lebih besar, serta menghalangi terjadinya mudharat atau kesulitan yang besar atau lebih besar. Makna ini ditarik dari kata Hakamah, yang berarti kendali karena kendali menghalangi hewan/kendaraan mengarah  ke arah yang tidak diinginkan, atau menjadi liar. Memilih perbuatan yang terbaik dan sesuai adalah perwujudan dari hikmah.  Memilih perbuatan yang terbaik dan sesuai dari dua hal yang buruk pun dinamai hikmah, dan pelakunya dinamai hakim (bijaksana). Siapa yang tepat dalam penilaiannya dan dalam pengaturannya, dialah yang wajar menyandang sifat ini atau dengan kata lain dia yang hakim. Thahir ibn ‘asyur menggarisbawahi bahwa hikmah adalah nama himpuna segala ucapan atau pengetahuan yang mengarah kepada perbaikan keadaan dan kepercayaan manusia secara bersinambung. Thabathaba’i mengutip ar-raghib al-ashfahani yang menyatakan secara singkat bahwa hikmah adalah sesuatu yang mengena kebenaran berdasar ilmu dan akal. Dengan demikian hikmah adalah argumen yang menghasilkan kebenaran yang tidak diragukan, tidak mengandung kelemahan tidakk juga kekaburan.

Kata (َالْمَوْعِظَةِ) al-mau’izhah terambil dari kata  wa’azha yang berarti nasehat. Mau’izhah adalah uraian yang menyentuh hati yang mengantar pada kebaikan. Demikian dikemukakan oleh banyak ulama. Sedang kata (َجَادِلْهُمْ) jadilhum terambil dari kata jidal yang bermakna diskusi atau bukti-bukti yang mematahkan alasan atau dalil mitra diskusi dan menjadikannya tidak dapat bertahan, baik yang dipaparkan itu diterima oleh semua orang maupun hanya oleh mitra bicara.

Ditemukan di atas, bahwa mau’izhah hendaknya disampaikan dengan puZ|¡pt  hasanah/baik, sedang perintah berjidal disifati dengan kata `|¡ômr& ahsan/yang terbaik, bukan sekadar yang baik. Keduanya berbeda dengan hikmah yang tidak disifati oleh satu sifat pun. Ini berarti bahwa mau’izhah ada yang baik dan ada yang tidak baik, sedang jidal ada tiga macam, yang baik, yang terbaik, dan yang buruk

Pendapat Para Ahli Tafsir

1.    Tafsir al-Jalâlayn[4]

Serulah (manusia, wahai Muhammad) ke jalan Rabb-mu (agama-Nya) dengan hikmah (dengan al-Quran) dan nasihat yang baik (nasihat-nasihat atau perkataan yang halus)  dan debatlah mereka dengan debat terbaik (debat yang terbaik seperti menyeru manusia kepada Allah dengan ayat-ayat-Nya dan menyeru manusia kepada hujah).  Sesungguhnya Rabb-mu, Dialah Yang Mahatahu, yakni Mahatahu tentang siapa yang sesat dari jalan-Nya, dan Dia Mahatahu atas orang-orang yang mendapatkan petunjuk. Hal ini terjadi sebelum ada perintah berperang. Ketika Hamzah dicincang dan meninggal dunia pada Perang Uhud turunlah ayat berikutnya.

2.    Tafsir al-Quthubi[5]

Ayat ini diturunkan di Makkah saat Nabi saw. diperintahkan untuk bersikap damai kepada kaum Quraisy.  Beliau diperintahkan untuk menyeru pada agama Allah dengan lembut (talathuf), layyin, tidak bersikap kasar (mukhâsanah), dan tidak menggunakan kekerasan (ta’nîf). Demikian pula kaum Muslim; hingga Hari Kiamat dinasihatkan dengan hal tersebut. Ayat ini bersifat muhkam dalam kaitannya dengan orang-orang durhaka dan telah di-mansûkh oleh ayat perang berkaitan dengan kaum kafir.  Ada pula yang mengatakan bahwa bila terhadap orang kafir dapat dilakukan cara tersebut, serta terdapat harapan mereka untuk beriman tanpa peperangan, maka ayat tersebut dalam keadaan demikian bersifat muhkamWallâhu a’lam.

3.    Tafsir ath-Thabari[6]

Allah Swt. mengingatkan Nabi saw., “Serulah, wahai Muhammad, orang-orang yang engkau diutus Rabb-mu kepada mereka dengan seruan untuk taat ke jalan Rabb-mu, yakni ke jalan yang telah Dia syariatkan bagi makhluk-Nya yakni Islam, dengan hikmah (yakni dengan wahyu Allah yang telah diwahyukan kepadamu dan kitab-Nya yang telah Dia wahyukan kepadamu) dan dengan nasihat yang baik (al-maw‘izhah al-hasanah, yakni dengan ungkapan indah yang Allah jadikan hujah atas mereka di dalam kitab-Nya dan ingatkan juga mereka dengannya tentang apa yang diturunkan-Nya sebagaimana yang banyak tersebar dalam surat ini dan ingatkan mereka dengan apa yang ditunkan Allah Swt. tentang berbagai kenikmatan-Nya bagi mereka), serta debatlah mereka dengan cara baik (yakni bantahlah mereka dengan bantahan yang terbaik), engkau berpaling dari siksaan yang mereka berikan kepadamu sebagai respon mereka terhadap apa yang engkau sampaikan. Janganlah engkau mendurhakai-Nya dengan tidak menyampaikan risalah Rabb-mu yang diwajibkan kepadamu.

4.    Tafsir al-Qurân il-‘Azhîm[7]

Allah, Zat Yang Mahatinggi, berfirman dengan memerintahkan Rasul-Nya, Muhammad saw., untuk menyeru segenap makhluk kepada Allah dengan hikmah.  Ibn Jarir menyatakan, bahwa maksud dari hal tersebut adalah apa saja yang diturunkan kepadanya baik al-Quran, as-Sunnah, maupun nasihat yang baik; artinya dengan apa saja yang dikandungnya berupa peringatan (zawâjir) dan realitas-realitas manusia.  Peringatkanlah mereka dengannya supaya mereka waspada terhadap murka Allah Swt.  ‘Debatlah mereka dengan debat terbaik’ artinya barangsiapa di antara mereka yang berhujah hingga berdebat dan berbantahan maka lakukanlah hal tersebut dengan cara yang baik, berteman, lembut, dan perkataan yang baik.  Hal ini seperti firman Allah Swt. dalam surat al-‘Ankabut (29): 46 (yang artinya): Janganlah kalian berdebat dengan Ahli Kitab melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka. Dia memerintahkannya untuk bersikap lembut seperti halnya Dia memerintahkan hal tersebut kepada Musa a.s. dan Harun a.s. ketika keduanya diutus menghadap Fir’aun seperti disebut dalam surat Thaha (20) ayat 44 (yang artinya):  Katakanlah oleh kalian berdua kepadanya perkataan lembut semoga dia mendapat peringatan atau takut. Firman-Nya “Sesungguhnya Rabb-mu Dialah Maha Mengetahui terhadap siapa yang sesat dari jalan-Nya” artinya Dia telah mengetahui orang yang celaka dan bahagia di antara mereka.  Oleh karena itu, serulah mereka kepada Allah, dan janganlah engkau merasa rugi atas mereka yang sesat, sebab bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapatkan petunjuk; engkau semata-mata pemberi peringatan, engkau wajib menyampaikan dan Kami yang wajib menghisabnya.

  1. Kandungan Surat An-Nahl: 125

Metode dakwah Rasulullah mengacu pada anjuran Allah mengenai cara berdakwah yang tercantum dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 125. Ayat ini mencakup beberapa metode dakwah sebagai berikut:

  1. Disampaikan dengan cara hikmah dan pengajaran yang baik

Cara hikmah yang dimaksud di sini adalah perkataan yang tegas dan benar yang membedakan yang hak dan yang bathil. Dakwah harus disampaikan dengan cara yang hikmah, hingga tidak manimbulkan hal yang samar-samar yang membingungkan. Pengajaran yang baik di dalam metode dakwah Rasulullah juga dimaknai sebagai dakwah yang baik disampaikan dengan cara yang lemah lembut. Rasulullah telah mengajarkan kelemah lembutan yang beliau tunjukkan tak hanya kepada para sahabat dan orang-orang muslim. Namun juga tetap lemah lembut pada musuh yang akan membunuh beliau. Inilah ketinggian akhlak berdakwah Rasulullah yang mengacu pada anjuran hikmah dalam Al-Qur’an.

  1. Berdebat dengan Cara yang Baik

Metode dakwah Rasulullah senantiasa menghindari cara berdebat yang hanya akan melemahkan seorang dai. Rasulullah senantiasa menghindari perdebatan yang diajak oleh kaum kafir Qurays. Utusan tersebut merayu dan membujuk Rasulullah untuk meninggalkan dakwah yang diperintahkan Allah. Sebagai gantinya kaum kafir Qurays akan memberikan apa saja yang dikehendaki Rasulullah seperti harta, wanita, dan jabatan. Dalam kondisi perdebatan yang sangat penting tersebut (menuntut pada akidah) Rasulullah menunjukkan sikap yang tenang dan cerdas. Beliau mempersilahkan utusan tersebut selesai berbicara, beliau menanyakan pada utusan tersebut: “sudah selesai Anda berbicara?”. Inilah bentuk keteladanan Rasulullah yang diajarkan kepada ummat manusia dalam menyebarkan dan menyampaikan ajaran dakwah. Bahkan dalam kondisi perdebatan yang sudah mencapai klimaks nilai-nilai dakwah sekalipun Rasulullah tetap mengajarkan kepada manusia cara berdebat dan berargumen yang baik dan bijak.

  1. Membalas Kejahatan dengan Kebaikan

Metode dakwah Rasulullah lainnya yang diajarkan kepada ummatnya adalah membalas sikap jahat yang dilakukan objek dakwah dengan akhlak mulia yang mengetuk hati objek dakwah, untuk selanjutnya mengantarkan kepada keimanan. Suatu ketika Rasulullah sering dicaci oleh seorang pengemis buta, Rasulullah senantiasa bersabar menyuapi dan memberi makan pengemis. Sementara dirinya selalu dihujat. Setelah Rasulullah wafat, barulah si pengemis tersebut tau bahwa yang menyuapi dan memberinya makan selama ini adalah Rasulullah. Barulah pengemis tersebut masuk Islam.

Literatur ilmu dakwah dalam membicarakan metode dakwah, selalu merujuk firman Allah SWT. Dalam Al-Qur’an surat An-Nahl 125. Yang menjelaskan sekurang-kurangnya ada tiga cara atau metode dalam dakwah, yakni metode hikmah, metode mau’izah dan metode mujadalah. Ketiga metode dapat dipergunakan sesuai dengan objek yang dihadapi oleh seorang da’I atau da’iyah di medan dakwahnya.

Metode bi al-hikmah mengandung pengertian yang luas. Kata al-hikmah sendiri di dalam Al-qur’an dalam berbagai bentuk derivasinya ditemukan sebanyak 208 kali. Secara harfiah kata tersebut mengandung makna kebijaksanaan. Bila dilihat dari sudut pemakaiannya, kata tersebut mengandung arti bermacam-macam, seperti:

  1. Kenabian (nubuwwah)
  2. Pengetahuan tentang Al-Qur’an
  3. Kebijaksanaan pembicaraan dan perbuatan
  4. Pengetahuan tentang hakikat kebenaran dan perwujudannya dalam kehidupan
  5. Ilmu yang bermanfaat, ilmu amaliyah dan aktivitas yang membawa kepada kemaslahatan ummat
  6. Meletakkan suatu urusan pada tempatnya yang benar
  7. Mengetahui kebenaran dan beramal dengan kebenaran tersebut, pengetahuan yang lurus dalam pembicaraan dan amal
  8. Kondisi psikologis seperti ketundukan, kepasrahan dan takut kepada Allah
  9. Sunnah nabi
  10. Posisi wara terhadap agama Allah
  11. Sikap adil sehingga pemikiran dapat menempatkan sesuatu pada tempatnya

 

Syekh Muhammad Abduh memberikan definisi hikmah sebagai berikut:

 “hikmah adalah ilmu yang sahih (benar dan sehat) yang menggerakkan kemauan untuk melakukan suatu perbuatan yang bermanfaat dan berguna

Ketika menyimpulkan pemaknaan terhadap hikmah ini Moh. Natsir mengatakan bahwa hikmah lebih dari semata-mata ilmu. Ia adalah ilmu yang sehat, yang mudah dicernakan; ilmu yang berpadu dengan rasa perisa, sehingga menjadi daya penggerak untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat, berguna. Kalau dibawa ke bidang dakwah: untuk melakukan sesuatu tindakan yang berguna dan efektif.

Dalam kegiatan dakwah metode hikmah muncul dalam berbagai bentuk, yakni: a) mengenal strata mad’u; b) kapan  harus bicara, kapan harus diam; c) mencari titik temu; d) toleran tanpa kehilangan sibghah; e) memilih kata yang tepat; f) cara berpisah; g) uswatun hasanah dan h)lisanul hal.

Islam adalah agama dakwah[8] artinya agama yang selalu mendorong pemeluknya untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah. Maju mundurnya umat islam sangat bergantung dan berkaitan erat dengan kegiatan dakwah yang dilakukannya[9], karena itu Al-Qur’an dalam menyebut kegiatan dakwah dengan ahsanu qiaula. Dengan kata lain bisa disimpulkan bahwa dakwah menempati posisi yang tinggi dan mulia dalam kemajuan agama islam, tidak dapat dibayangkan apabila kegiatan dakwah mengalami kelumpuhan yang disebabkan oleh berbagai faktor terlebih pada era globalisasi sekarang ini, di mana berbagai informasi masuk begitu cepat dan instan yang tidak dapat dibendung lagi. Ummat islam harus dapat memilah dan menyaring informasi tersebut sehingga tidak bertentangan dengan nilai-nilai islam.

Implikasi dari pernyataan islam sebagai agama dakwah menuntut ummatnya agar selalu menyampaikan dakwah, karena kegiatan ini merupakan aktivitas yang tidak pernah usai selama kahidupan dunia masih berlangsung dan akan terus melekat dalam situasi dan kondisi apapun bentuk dan coraknya.

Dakwah islam adalah tugas suci yang dibebankan kepada setiap muslim di mana saja ia berada, sebagaimana termaktub dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah Rosulullah SAW, kewajiban dakwah menyerukan, dan menyampaikan agama islam kepada masyarakat.

Dakwah islam, dakwah yang bertujuan untuk memancing dan mengharapkan potensi fitri manusia agar eksistensi mereka punya makna dihadapan tuhan dan sejarah. Sekali lagi perlu ditegaskan di sini bahwa tugas dakwah adalah tugas ummat secara keseluruhan bukan hanya tugas kelompok tertentu ummat islam.

Berdasarkan surat An-Nahl bentuk metode dakwah yaitu:

  1. Al-Hikmah

M. Abduh berpendapat bahwa, hikmah adalah mengetahui rahasia dan faedah di dalam tiap-tiap hal. Hikmah juga digunakan dalam arti ucapan yang sedikit lafadzh akan tetapi banyak makna  ataupun diartikan meletakkan sesuatu pada tempat yang semestinya.

Al-hikmah diartikan pula sebagai al’adl (keadilan), al-haq (kebenaran), al-hilm (ketabahan), al-ilm (pengetahuan), dan an-nubuah (kenabian). Di samping itu, al-hikmah juga diartikan sebagai menempatkan sesuatu pada proporsinya. Sebagai metode dakwah, al-hikmah diartikan bijaksana, akal budi yang mulia, dada yang lapang, hati yang bersih dan menarik perhatian orang pada agama dan tuhan.

Dari beberapa pengertian di atas dapat dipahami bahwa al-hikmah adalah merupakan kemampuan dan keteapatan da’I dalam memilih, menilah dan menyelaraskan teknik dakwah dengan kondisi objektif mad’u. al-hikmah merupakan kemampuan da’I dalam menjelaskan doktrin-doktrin islam serta realitas yang ada dengan argumentasi logis dan bahasa yang komunikatif. Oleh karena itu, al-hikmah sebagai sebuah sistem yang menyatukan antara kemampuan teoritis dan praktis dalam berdakwah.

Dengan demikian, jika hikmah dikaitkan dengan dakwah, akan ditemukan bahwa hikmah merupakan peringatan kepada juru dakwah untuk tidak menggunakan satu bentuk metode saja. Sebaliknya mereka harus menggunakan berbagai macam metode sesuai dengan realitas yang dihadapi dan sikap masyarakat terhadap agama islam. Sebab sudah jelas bahwa dakwah tidak akan berhasil menjadi suatu wujud yang riil jika metode dakwah yangdipakai untuk menghadapi orang bodoh sama dengan yang dipakai untuk menghadapi orang terpelajar. Kemampuan kedua kelompok tersebut dalam berpikir dan menangkap dakwah yang disampaikan tidak dapat disamakan, daya pengungkapan dan pikiran yang dimiliki manusia berbeda-beda.

  1. Al-mau’idzah al-hasanah

Metode mau’izah hasanah mengandung arti cara memberi pengajaran yang baik. Kata mau’izah sendiri dalam Al-Qur’an dalam segala bentuknya terulang sebanyak 25 kali. Bila diperhatikan pemaknaan mau’izah hasanah dalam ayat-ayat Al-Qur’an, maka tekanan tertuju pada peringatan yang baik dan dapat menyentuh hati sanubari seseorang, sehingga pada akhirnya audiens terdorong untuk berbuat baik. Metode ini terdiri dari berbagai bentuk, yakni; nasihat, tabsyir wa tanzir, dan wasiyat.

Mau’idzah hasanah diklasifikasikan dalam beberapa bentuk:

  1. Nasihat atau petuah
  2. Bimbingan, pengajaran (pendidikan)
  3. Kisah-kisah
  4. Kabar gembira dan peringatan
  5. Wasiat (pesan-pesan positif)

Menurut K.H mahfudz kata tersebut mengandung arti:

  1. Didengar orang, lebih banyak lebih baik suara panggilannya
  2. Dituruti orang, lebih banyak lebih baik maksud tujuannya sehingga menjadi lebih besar kuantitas manusia yang kembali ke jalan tuhannya, yaitu jalan Allah SWT.

Jadi Mau’idzah hasanah adalah kata-kata yang masuk ke dalam kalbu dengan penuh kasih sayang dan ke dalam perasaan dengan penuh kelembutan; tidak membongkar atau membeberkan kesalahan orang lain sebab kelemah-lembutan dalam menasihati seringkali dapat meluluhkan hati yang keras dan menjinakkan kalbu yang liar, ia lebih mudah melahirkan kebaikan daripada larangan dan ancaman.

  1. Al-mujadalah bi-al-lati hiya ahsan

Menurut Dr. Sayyid Muhammad Thantawi ialah, suatu upaya yang bertujuan untuk mengalahkan pendapat lawan dengan cara menyajikan argumentasi dan bukti yang kuat. Al-mijadalah merupakan tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, yang tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan menerima  pendapat yang diajukan dengan memberikan argumentasi dan bukti yang kuat. Antara satu dengan yang lainnya saling menghormati dan menghargai pendapat keduanya berpegang pada kebenaran, mengakui kebenaran pihak lain dan ikhlas menerima hukuman kebenaran tersebut.

Sumber metode dakwah:

1)      Al-qur’an

2)      Sunnah rasul

3)      Sejarah hidup para sahabat da fuqaha

4)      Pengalaman

Aplikasi metode dakwah rasulullah:

a)      Pendekatan personal[10]

b)      Pendekatan pendidikan

c)      Pendekatan diskusi

d)     Pendekatan penawaran

e)      Pendekatan misi

B. Sumber dan Landasan Metodologi Dakwah dari Hadits

Pemahaman terhadap metode dakwah yang telah disebutkan di dalam Alquran tersebut dapat diaplikasikan dengan menggunakan metode yang diajarkan oleh Rasulullah selaku pelopor dakwah islamiyah, seperti yang tertera di dalam redaksi Hadis riwayat imam Bukhari dan imam Muslim sebagai berikut:

مَنْرَأَىمِنْكُمْمُنْكَرًافَلْيُغَيِّّرْهُبِيَدِهِ،فَإِنْلَمْيَسْتَطِعْفَبِلِسَانِهِ،فَإِنْلَمْيَسْتَطِعْفَبِقَلْبِهِوَذَالِكَاَضْعَفُاْلإِيْمَانِ

Barang siapa di antara kalian melihat kemunkaran, maka cegahlah dengan tangannya (kekuasaan), apabila tidak mampu maka dengan lidahnya, apabila tidak mampu maka dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemah iman.”

Berdasarkan Hadis tersebut dapat dipahami bahwa metode dakwah yang disebutkan di dalam Alquran mempunyai integritas dengan metode dakwah yang tertera di dalam Hadis, maksudnya adalah bahwa pelaksanaan metode dakwah yang ada di dalam Alquran dengan menggunakan metode dari Hadis seperti yang disebutkan di atas.

Sehingga dapat dipahami bahwa Hadis merupakan salah satu landasan metode dalam melaksanakan dakwah, selain didasarkan kepada metode dakwah yang dilaksanakan Rasulullah dalam menyebarkan agama Islam. Konsep seperti ini merupakan modal utama bagi para da’i (pelaksana dakwah), sehingga pemahaman terhadap metode dakwah yang terdapat di dalam Hadis sangat diperlukan untuk pencapaian hasil yang lebih optimal dengan persentase keberhasilan dakwah mencapai taraf yang signifikan.

Ahmad Janawi di dalam tulisannya yang dimuat di dalam jurnal dakwah Alhadharah, menyebutkan bahwa sukses atau tidaknya suatu dakwah tidak diukur dari banyaknya jemaah (mad’u), atau ekspresi yang ditampilkan oleh jemaah tersebut seperti tangis, gelak-tawa, dan sebagainya, karena hal tersebut merupakan indikator, dan disebutkan bahwa nilai sukses suatu dakwah diukur melalui bekas (atsar) yang ditinggalkan di dalam benak mad’u, dalam artian memberikan kesan dan dengan harapan dari kesan tersebut memberikan stimulan kepada mad’u untuk dapat mengaplikasikan di dalam kehidupan (2003: 21).

  1.  Hadis Sebagai Landasan Metode Dakwah

Pedoman utama yang tidak dapat berubah serta dinamis adalah Alquran dan Sunnah atau Hadis (Zaidallah, 2002: 72), karena secara epistemologis Hadis dipandang oleh mayoritas umat Islam sebagai sumber ajaran Islam kedua setelah Alquran, sebab Hadis merupakan bayân (penjelasan) terhadap ayat Alquran yang masih mujmal (global), ‘âmm (umum) dan mutlaq atau tanpa batasan (Mustaqim, 2008: 4). Dapat disimpulkan bahwa Hadis dari Rasulullah berfungsi sebagai pendukung dari firman Allah yang terkodifikasi di dalam Alquran.

Sehingga dari penjelasan tersebut Hadis dapat menjadi landasan metode dakwah. Hal ini berdasarkan keterangan dari Allah SWT yang tertera di dalam Alquran surah al-Ahzab ayat 21 yang menyatakan: “Sungguh terdapat di dalam diri Rasulullah teladan yang baik bagimu…” sehingga setiap aktivitas dakwah harus dirancang serta dilakukan dengan sebaik-baiknya dengan memperhatikan berbagai situasi dan kondisi yang dihadapi (Ismail, 2006: 235), seperti yang dilakukan oleh Rasulullah dalam melaksanakan dakwah.

Di dalam sunnah rasul (Hadis), banyak ditemui Hadis yang berkaitan dengan dakwah, begitu juga dalam sejarah hidup dan perjuangan Nabi SAW serta cara-cara yang dipakai beliau dalam menyebarkan dakwahnya, baik ketika beliau berjuang di kota Mekkah atau di kota Madinah. Semua hal tersebut memberikan contoh dalam metode dakwah beliau, sehingga seharusnya para da’i mengikuti langkah perjuangan dakwah beliau (Zaenab, 2009: 35).

Wardi Bachtiar menjelaskan bahwa metode dakwah yang ada di dalam Alquran surah an-Nahl ayat 125 digunakan dengan cara atau metode yang terdapat di dalam Hadis riwayat Muslim yaitu menggunakan kekuatan anggota tubuh (tangan), dengan mulut (lidah), dan dengan hati (Bachtiar, 1997: 34). Kemudian dilanjutkan bahwa dari sumber metode tersebut menghasilkan metoda-metoda yang merupakan operasionalisasinya yaitu dakwah dengan lisan, tulisan, seni, dan bil-hal (1997: 34).

1.      Dakwah bil-yadi

Dakwah dengan tangan (bil-yadi) dapat diinterpretasikan sebagai bentuk dakwah dengan menggunakan kekuasaan atau kekuatan, dapat juga diartikan sebagai kemampuan (ability) seseorang dalam menyampaikan ajaran Islam. Selain itu, dapat juga diartikan sebagai bentuk dakwah dengan menggunakan kekuasaan, seperti berdakwah di tengah kalangan pemerintah atau berdakwah dengan kekuasaan yang dimiliki.

Hal tersebut dapat berupa ikut serta secara aktif dalam kegiatan penyuluhan masyarakat dalam melawan fenomena penyimpangan dan tindak pidana melalui jalur khusus di dalam setiap wilayah pemerintahan, atau mendirikan sektor khusus di pemerintahan yang bertugas memberikan pengarahan dan penyuluhan agama kepada masyarakat, serta mengoptimalkan peran menjadi seorang da’i yang berjuang di jalan Allah (Al-‘Allaf, 2008: 130).

Menurut Ali Abdul Halim Mahmud menambahkan dalam penjelasan mengenai dakwah di dalam kalangan pemerintah dapat dimulai dengan ikut serta dalam membentuk organisasi atau institusi yang dapat memenuhi keinginan pribadi atau keluarga, kemudian semakin dapat dikembangkan hingga dapat memenuhi kebutuhan orang banyak, di desa ataupun di kota, kemudian terus dikembangkan sehingga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat secara keseluruhan dengan institusi dan organisasi tersebut, sehingga dapat memenuhi kebutuhan dunia Islam secara menyeluruh (Mahmud, 2002: 254).

Secara teknis, pembentukan masyarakat Islam harus dimulai dengan pembentukan individu-individu muslim (takwîn al-fard al-muslim), kemudian keluarga muslim (al-bait al-muslim), selanjutnya masyarakat muslim (mujtama’ islâmî), sehingga individu muslim dan keluarga muslim merupakan komponen yang membentuk masyarakat Islam (2006: 153).

Memahami kalimat “hikmah” yang terdapat di dalam surah an-Nahl ayat 125, jika dihubungkan dengan interpretasi terhadap dakwah bil-yadi dapat dikategorikan dengan hikmah yang dimaksud di dalam Alquran, dengan konteks bahwa hikmah berjalan pada metode yang realistis (praktis) dalam melakukan suatu perbuatan (2003: 14). Dari penjelasan tersebut dapat dipahami makna kebijaksanaan atau hikmah yang dimaksud adalah bentuk nyata di dalam perbuatan seseorang.

2.      Dakwah bil-lisan

Secara umum, dakwah dipahami hanya dalam bentuk dakwah bil-lisan, karena itu istilah dakwah yang menjadi asumsi masyarakat adalah dalam bentuk penyampaian lidah atau ucapan di masjid-masjid, pengajian, dan sebagainya. Hal ini menyebabkan ruang lingkup pemahaman masyarakat terhadap dakwah menjadi sempit, karena makna dakwah sendiri tidak hanya dalam bentuk ucapan, dan ucapan merupakan salah satu bentuk dari metode dakwah.

Dakwah yang sering dilakukan Rasulullah dalam konteks sejarah adalah dakwah bil-lisan untuk menyampaikan risalah Islam, baik dengan metode ceramah, khutbah, diskusi, nasehat, dan sebagainya. Ahmad Janawi memaparkan metode dialog yang juga pernah dilakukan oleh Rasulullah terhadap pemeluk agama Yahudi, Nasrani, dan agama lainnya dengan berbagai hal (2003: 22).

 Sebagai contoh ketika beliau berbicara dengan orang Nasrani Najran yang berjumlah 60 orang yang dipimpin oleh al-Sayyid dan al-‘Aqib mengenai persoalan Nabi Isa as, Rasulullah mengatakan kepada mereka bahwa Nabi Isa bukan anak Allah, kemudian mereka membantah dengan memberikan pertanyaan, “siapa ayah Isa?” tetapi Rasulullah memberikan gambaran bahwa Allah itu tidak akan mati dan tetap hidup, sedangkan Isa tidak seperti itu.

Allah itu pemberi rizki dan pencipta segala sesuatu, sedangkan Isa tidak, Rasulullah juga memberikan penjelasan bahwa Isa dikandung oleh seorang ibu seperti ibu lainnya, sehingga secara logika seorang ayah akan mempunyai kemiripan dengan ayahnya, sedangkan Isa tidak seperti itu, dengan penjelasan tersebut orang Nasrani Najran tersebut dapat menerima dan akhirnya masuk Islam dengan perdamaian.

Dakwah dengan menggunakan metode dialog seperti yang dilakukan Rasulullah dapat dikaitkan dengan metode mujadalah (berdiskusi) yang terdapat di dalam surah an-Nahl 125, selain itu dakwah bil-lisan dapat berbentuk hal lain yang mempunyai tujuan yang sama meskipun dengan pelaksanaan yang sedikit berbeda, seperti dialog interaktif, atau yang sejenisnya.

Seorang da’i harus berbicara dengan gaya bahasa yang menimbulkan kesan di dalam hati para mad’u (obyek dakwah), sehingga agar tidak terdapat kesalahan dalam berbicara yang menyebabkan kegagalan dalam penyampaian pesan-pesan dakwah, diperlukan untuk memperhatikan empat hal sebagai berikut:

  1. Memilih kata-kata yang baik;
  2. Meletakkan pembicaraan tepat pada tempatnya dan mencari kesempatan yang benar;
  3. Berbicara dengan pembicaraan sekedar keperluan; dan
  4.  Memilih kata-kata yang akan dibicarakan.

M. Isa Anshary menjelaskan bahwa lidah berkuasa membuat hidup menjadi lebih berbahagia serta bercahaya, dan lidah juga mampu untuk membuat hidup menjadi kering dan gersang, dan kemudian lidah juga mampu menegakkan iman dan kepercayaan di dalam hati dan perilaku manusia, dan mampu menjadikan manusia anti terhadap Tuhan dan agama (Anshary, 1995: 29).

3.      Dakwah bil-qalb

Abdullah Gymnastiar menyatakan bahwa salah satu potensi di dalam diri manusia yang tidak setiap orang dapat mengembangkan dengan baik adalah hati, hati membuat otak cerdas menjadi mulia serta badan yang kuat menjadi mulia, dan dengan hati orang yang tidak berdaya menjadi mulia, sehingga hati yang bersih memberikan pengaruh terhadap pola berfikir manusia (Gymnastiar, 2005: 5).

Di dalam redaksi Hadis Nabi riwayat Bukhari dan Muslim yang menyatakan bahwa apabila tidak mampu mencegah kemunkaran dengan tangan atau lidah, maka dengan hati dan hal tersebut merupakan bentuk lemahnya iman. Pemahaman tersebut dapat dianalisa alasan mengapa berdakwah dengan hati dikategorikan sebagai bentuk lemahnya iman.

Sebagian para pakar mengkategorikan dakwah bil-qalb dalam bentuk dakwah bil-hal (dengan perilaku), hal ini didasarkan karena dakwah tidak harus selalu dengan kata-kata, karena dari sekian banyak permasalahan ternyata solusinya tidak hanya dengan kata-kata, tetapi dengan memberikan teladan yang baik, karena perbuatan seorang da’i adalah salah satu bentuk dakwah (Rahmat Semesta, 2003: 121).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa diam dapat menjadi solusi pada kondisi yang tertentu, Rasulullah bersabda di dalam redaksi Hadis yang dikeluarkan oleh al-Baihaqi dengan sanad yang dhaif (lemah), kemudian dia membenarkan bahwa Hadis ini bernilai mauquf dari ucapan Luqman Hakim (Syafe’i, 2003: 50), redaksi Hadis yang memuat Hadis tersebut adalah sebagai berikut:

عَنْأَنَسٍقَالَ: قَالَرَسُوْلُاللهِصَلَّىاللهِعَلَيْهِوَسَلَّمَ: اَلصُّمْتُحِكْمَةٌوَقَلِيْلٌفَاعِلُهُ.

Dari Anas berkata, telah bersabda Rasulullah SAW: diam itu suatu kebijaksanaan, tetapi sedikit orang yang melakukannya.”

Rachmat Syafe’i menambahkan bahwa orang yang tidak banyak bicara kecuali hal yang baik lebih banyak terhindar dari dosa dan kejelekan, dari pada orang yang banyak berbicara tanpa membedakan hal yang pantas dibicarakan dan yang tidak pantas untuk menjadi topik pembicaraan (2003: 50).

Ibn Taimiyah menyatakan bahwa orang yang menyaksikan suatu kesalahan (dosa) lalu membencinya dengan hatinya, maka dia sama dengan orang yang tidak menyaksikan perbuatan itu apabila dia tidak mampu mencegah dengan tangan atau lidahnya. Dan apabila dia menyaksikan perbuatan dosa atau kesalahan itu kemudian dia membiarkannya, maka orang tersebut sama seperti orang yang menyaksikan perbuatan tersebut dan mampu untuk mencegah perbuatan tersebut tetapi tidak dilakukannya (Ibn Taimiyah, 2001: 19).

Diam juga bisa menjadi faktor penyebab gagalnya dakwah, hal ini karena diam dapat bermacam-macam, diam yang dapat menjadikan gagalnya dakwah adalah diam yang disebabkan oleh penyakit futūr, oleh Sayyid M. Nuh menjelaskan dengan mengutip dari kitab lisan al-arab bahwa futūr berasal dari kata fatara yang berarti sikap berdiam diri setelah sebelumnya giat atau menjadi lemah setelah sebelumnya kuat, sedangkan menurut istilah pengertiannya adalah penyakit hati atau rohani yang efeknya menimbulkan rasa malas untuk melakukan sesuatu yang sebelumnya sering dilakukan (Nuh, 1998: 15).

Sehingga dapat dipahami bahwa maksud dari Hadis Nabi yang menyatakan bahwa mencegah suatu kemunkaran dengan hati adalah bentuk lemahnya iman dipandang dari sudut negatif, sehingga kriteria mencegah dengan hati masih dapat dimaklumi, karena dari berbagai kriteria tertentu diam dapat menjadi solusi untuk memecahkan masalah, dan diam juga dapat menjadi penyebab gagalnya dakwah, sehingga hal ini yang dimaksud oleh Rasulullah sebagai bentuk lemahnya iman.

Di dalam sebuah riwayat, Abu Juhaifah berkata bahwa Ali r.a berkata: “sesungguhnya yang pertama mengalahkan kamu di dalam jihad adalah jihad dengan tangan, kemudian lidah dan terakhir dengan hati, maka orang yang hatinya tidak mengenal kebaikan dan tidak menolak keburukan, maka dia akan dibalik dimana bagian atas dijadikan bagian bawah (2001: 18).

  1.  Pendapat Ulama Hadis terhadap Metode Dakwah

Ada beberapa Hadis dari Rasulullah yang membahas masalah kewajiban untuk mencegah kemunkaran dan menyeru kepada kebaikan, Ibn Mas’ud r.a pernah mendengar seseorang yang mengatakan bahwa akan celaka orang yang tidak mengajak kepada kebaikan dan tidak mencegah kemunkaran, sehingga beliau memberikan isyarat bahwa mengetahui kebaikan dan keburukan dengan hati adalah sesuatu yang wajib bagi setiap individu, maka orang yang tidak mau mengetahui hal tersebut akan celaka (2001: 18).

Memahami metode dakwah yang tercantum di dalam Hadis Rasulullah yang banyak membahas masalah kewajiban untuk mencegah kemunkaran, menurut pandangan para ahli diperlukan pemahaman terhadap obyek dakwah atau masyarakat itu sendiri, karena efek yang terjadi pada obyek dakwah merupakan indikator atau dapat dikatakan sebagai tolak ukur kesuksesan dakwah, sehingga beberapa ahli memberikan beberapa pendapat di antaranya sebagai berikut:

  1. Ali bin Abi Thalib mengatakan: “Apakah kamu suka bahwa Allah dan rasul-Nya didustai orang, berbicaralah kepada manusia dengan pengetahuan dan tinggalkanlah sesuatu yang membuat mereka ingkar.”
  2. Ali Mahfuz di dalam bukunya yang berjudul hidayah al-mursyidin, menyatakan: “Tukarlah setiap orang itu sesuai dengan ukuran akalnya dan timbanglah dia sesuai dengan bobot pemahamannya.”
  3. M. Natsir menyatakan bahwa akan sulit bagi seorang muballigh mencernakan isi dan cara berdakwah yang tepat apabila dia tidak lebih dahulu mengetahui corak, sifat, tingkat kecerdasan, kepercayaan yang tradisional dan aliran-aliran dari luar yang mempengaruhi masyarakat yang sedang dihadapinya.
  4.  M. Isa Anshary memberikan pendapat bahwa tanpa mengenal masyarakat, tidak ada gunanya sama sekali segala buku yang telah dibaca setiap hari, karena ilmu yang banyak dan pengetahuan yang luas tidak akan berguna apabila buku atau pengetahuan tentang masyarakat yang berkembang setiap hari tidak dipelajari.

Dari pendapat beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa sangat penting bagi seorang da’i untuk mengenal masyarakat selaku obyek dakwah, sehingga kesuksesan dakwah yang disampaikan tergantung kepada pemilihan metode yang tepat dengan berlandaskan pengetahuan terhadap obyek dakwah yang beraneka ragam.

Menurut Sayyid Quthb, aqidah adalah tema sentral dalam menyampaikan dakwah, karena persoalan dakwah yang sesungguhnya adalah masalah aqidah, adapun persoalan lain yang terjadi di dalam kehidupan pada dasarnya berasal dari masalah aqidah, sehingga aqidah harus menjadi fokus perhatian bagi para da’i (Ismail, 2006: 259).

Adapun untuk permasalahan pentingnya metode dakwah, beberapa pakar menyampaikan pendapat mereka mengenai pentingnya metode dakwah di antaranya sebagai berikut:

  1. Syeikh M. Abu al-Fath al-Bayanuni menyatakan bahwa urgensi metode dakwah adalah sebagai berikut:
  1. Terjaga dari penyimpangan dalam mengemban misi dakwah islamiyah
  2.  Dengan metode akan memperjelas visi dan misi dakwah.
  3.  Untuk keseimbangan dan kelanjutan dakwah.

2. Syeikh Athif Faiz menyatakan mengenai pentingnya metode dakwah adalah merupakan langkah awal menuju izzul Islam sebagai manhaj qur’ani memiliki manhaj dimensi manhaj muhaddad (aturan yang teratur dan tertata rapi), agar tidak terjadi penyimpangan dalam berdakwah sekaligus sebagai khath fashil (titah pembeda) antara langkah yang menuju ridha Allah dan yang menuju jalan kesesatan.

  1. Samith Athif al-Zain menyampaikan tentang pentingnya metode dakwah adalah merupakan hal yang sangat penting dalam meluruskan misi dakwah yang selama ini terpuruk, padahal Alquran benar-benar mengajarkan metode khusus dalam penyebaran misi Islam.

Muhammad Abduh membagi mad’u atau obyek dakwah menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut:

  1. Golongan cendikiawan yang cinta kebenaran, dan dapat berpikir secara kritis, serta cepat menangkap persoalan.
  2. Golongan awam, yaitu kebanyakan orang yang belum dapat berpikir secara kritis dan mendalam, belum dapat menangkap pengertian-pengertian yang tinggi.
  3. Golongan yang berbeda dengan kedua golongan tersebut, mereka senang membahas sesuatu, tetapi hanya dalam batas tertentu, dan tidak sanggup mendalami dengan benar (Ilaihi, 2010: 91).

Sedangkan M. Bahri Ghozali mengelompokkan mad’u berdasarkan tipologi dan klasifikasi masyarakat yang terbagi menjadi lima bagian, yaitu sebagai berikut:

1.      Tipe innovator: masyarakat yang memiliki keinginan keras pada setiap fenomena sosial yang sifatnya membangun, bersifat agresif, dan tergolong berhati-hati dalam setiap langkah.

2.      Tipe pengikut: masyarakat yang selektif dalam menerima pembaharuan dengan pertimbangan tidak semua pembaharuan dapat membawa perubahan positif, untuk menerima atau menolak ide pembaharuan, mereka mencari pelopor yang menjadi wakil mereka dalam menanggapi pembaharuan tersebut.

3.     Tipe pengikut dini: masyarakat sederhana yang kadang-kadang kurang siap dalam mengambil resiko dan umumnya lemah mental, kelompok masyarakat ini adalah kelompok kelas dua di masyarakatnya dan mereka memerlukan pelopor sebagai perwakilan dalam mengambil tugasnya dalam masyarakat.

4.     Pengikut akhir: masyarakat yang ekstra hati-hati sehingga berdampak pada masyarakat yang skeptis terhadap sikap pembaharuan. Karena faktor kehati-hatian yang berlebihan, setiap gerakan pembaharuan memerlukan waktu dan pendekatan yang sesuai untuk bisa masuk.

5.    Tipe kolot: masyarakat yang memiliki ciri-ciri tidak mau menerima pembaharuan sebelum mereka terdesak oleh lingkungannya (2010: 91).

Dari beberapa pendapat tersebut menjadikan keharusan dalam pelaksanaan dakwah diperlukan pemilihan metode yang tepat dan relevan dengan keadaan mad’u, sehingga apa yang menjadi tujuan dakwah islamiyah dapat terwujud (2009: 42). Metode dakwah merupakan salah satu unsur yang menentukan dalam keberhasilan dakwah, penyesuaian dan pemilihan metode yang tepat memberikan stimulant terhadap kesuksesan dakwah.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Metode dakwah yang terkandung dalam surat Al-Qur’an, An-Nahl ayat 125 tentang Metode Dakwah adalah:

  • Disampaikan dengan cara hikmah dan pengajaran yang baik
  • Berdebat dengan Cara yang Baik
  • Membalas Kejahatan dengan Kebaikan

Dalam kegiatan dakwah metode hikmah muncul dalam berbagai bentuk, yakni: a) mengenal strata mad’u; b)kapan harus bicara, kapan harus diam; c)mencari titik temu; d)toleran tanpa kehilangan sibghah; e)memilih kata yang tepat; f)cara berpisah; g)uswatun hasanah dan h)lisanul hal.

Sedangkan bentuk metode dakwah yang terkandung dalam surat An-Nahl: 125 adalah:

  • Metode hikmah adalah mengetahui rahasia dan faedah di dalam tiap-tiap hal
  • Metode mau’izah hasanah mengandung arti cara memberi pengajaran yang baik
  • Metode Al-mujadalah bi-al-lati hiya ahsanupaya yang bertujuan untuk mengalahkan pendapat lawan dengan cara menyajikan argumentasi dan bukti yang kuat

Sumber metode dakwah:

  • Al-qur’an
  • Sunnah rasul
  • Sejarah hidup para sahabat da fuqaha
  • Pengalaman

Aplikasi metode dakwah rasulullah:

  • Pendekatan personal[11]
  • Pendekatan pendidikan
  • Pendekatan diskusi
  • Pendekatan penawaran
  • Pendekatan misi

Pembahasan panjang mengenai metode dakwah dalam perspektif Hadis pada intinya adalah menyangkut metode dakwah yang tercantum di dalam Alquran surah an-Nahl 125, yang pelaksanaannya dalam bentuk Hadis Rasulullah yaitu dengan tangan, lidah, atau hati, yang pada dasarnya bersifat tidak terikat, karena penyesuaian terhadap karakter masyarakat yang berbeda-beda, sehingga kemampuan dalam pemilihan metode yang tepat adalah salah satu kunci untuk keberhasilan dakwah.

Pada dasarnya permasalahan masyarakat yang beraneka ragam berasal dari permasalahan aqidah atau keyakinan, karena pada saat keyakinan lemah disebabkan kondisi hati dapat menjadikan seseorang menolak hal yang sebenarnya diterimanya. Selain itu, sebagai kewajiban seorang muslim adalah mencegah keburukan dan saling mengingatkan dalam kebaikan, menjadikan keharusan bagi setiap pribadi muslim setidaknya menolak dengan hati suatu kemunkaran, karena apabila tidak merupakan bentuk lemahnya iman seperti yang digambarkan oleh Rasulullah di dalam hadisnya.

Dapat juga diterjemahkan bahwa hati adalah titik penentu iman seseorang, karena perbuatan berasal dari kemauan hati, dalam kondisi tertentu hati dapat menjadi sebuah bumerang yang mengenai diri sendiri apabila tidak bisa memberikan kendali, tetapi juga dapat menjadi senjata yang paling ampuh apabila dilakukan manajemen yang tepat. Dari hati kemudian ke otak adalah proses pemilihan metode yang tepat untuk menyampaikan dakwah, sehingga semua unsur yang berhubungan dengan keberhasilan dakwah dapat menjadi sangat penting karena saling mendukung.

Para pakar telah menyatakan bahwa metode dakwah sangat penting untuk keberhasilan dakwah, selain pemahaman terhadap keragaman karakteristik masyarakat menjadikan ketepatan dalam memilih metode yang benar untuk diaplikasikan merupakan bentuk upaya pencapaian keberhasilan dakwah dengan langkah yang tepat, karena ketepatan dalam memilih metode sangat mendukung karena pesan yang disampaikan akan mudah diterima oleh masyarakat selaku obyek atau sasaran dakwah.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Ad-Dimasyqi, Ibn Katsir. 1412 H. Dar ul-Fikr. jilid II

Ahmad, Muhammad bin, Abdurrahman bin Abi Bakr al-Mahalli. As-Suyuthi, Dar ul-Hadîts. Kairo

Isma’il, Al-imam Abdul Fida. 2003. Tafsir Ibnu Kasir. Bandung: Sinar Baru Algensindo

http://www.google.com

http://www.wikipedia.com

Ja’far, Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Khalid Ath Thabari Abu. Dâr ul-Fir. Beirut. Jilid 14

Muriah, Siti. 2000. Metodologi Dakwah Kontemporer. Yogyakarta: Mitra Pustaka

Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Mishbah. Jakarta: Lentera Hati

‘Abdillah, Muhammad bin Ahmad bin Abi Bakr bin Farah al-Qurthubi Abu.  Dâr Sya’b. cetakan II, Jilid X.

[1] Hikmah: ialah perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil.

[2] Al-imam Abdul Fida Isma’il, Tafsir Ibnu Kasir, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2003), halm. 278

[3] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), halm. 384

[4] Muhammad bin Ahmad, Abdurrahman bin Abi Bakr al-Mahalli, As-Suyuthi, Dar ul-Hadîts (Kairo) hlm.  363

[5] Muhammad bin Ahmad bin Abi Bakr bin Farah al-Qurthubi Abu ‘Abdillah, Dâr Sya’b (Kairo, 1373 H) cetakan II, Jilid X, halm. 200.

[6] Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Khalid Ath Thabari Abu Ja’far, 224-310 H, Dâr ul-Fir, (Beirut,1405 H), Jilid 14, Halm.194.

[7] Ibn Katsir ad-Dimasyqi, 1412 H, Dar ul-Fikr, jilid II, Halaman 720.

[8] M. Mashyhur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral, (Jakarta: 1997, Al amin Press), halm. 8

[9] Didin Hafiduddin, M. Sc, Dakwah Aktual, (Jakarta: 1998, Gema Insani Press), halm. 76

[10] Siti Muriah, Metodologi Dakwah Kontemporer, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000), halm. 55

DIET SUP

Posted on

Diet Pembakaran Lemak [Berat badan turun 6kg dalam seminggu]

July 23, 2012 at 12:00pm

Untuk orang yang butuh menurunkan berat badan dalam waktu singkat. Diet ini diberikan oleh salah satu Rumah Sakit di Maryland USA untuk para pasien jantung yang perlu menurunkan berat badan dengan cepat sebelum dioperasi.

 

Program 7 hari ini digunakan sesering mungkin sesuai kebutuhan. Jika dipraktekkan secara tepat dan dijalankan secara penuh, program ini akan membersihkan system metabolism yang akan membantu ketahanan tubuh dan memberikan kondisi segar yang sebelumnya tidak dirasakan. Hanya dalam jangka waktu hitungan hari, anda akan merasakan tubuh anda akan menjadi lebih ringan sekurang2nya 10 pounds (+/- 4 kg ) dan bahkan mungkin hingga 17 pounds ( +/-7.5 kg ) serta memiliki energy yang lebih besar. Lanjutkan program ini selama anda ingin dan merasakan perbedaannya.

 

Program ini adalah program pembakaran dan rahasianya adalah bahwa anda akan membakar kalori lebih banyak dari pada kalori yang anda konsumsi. Ini akan membersihkan system pengelolaan dalam tubuh dan memberikan kesegaran. Program ini menganjurkan untuk tidak mengkonsumsi minuman beralkohol sama sekali karena adanya upaya pembuangan tumpukan lemak dalam tubuh dan system metabolisme. Mulailah program ini dengan terlebih dahulu membebaskan diri dari konsumsi alkohol minimal 24 jam.

 

Karena perbedaan system pencernaan masing2 orang, program ini akan memberikan efek yang berbeda 2 bagi tiap orang. Setelah 3 hari menjalani program maka anda akan merasakan kesegaran dan memiliki energy lebih besar dari sebelum anda mengikuti program ini JIKA ANDA TIDAK SEKALI-KALI MELANGGAR. Setelah beberapa hari mengikuti program ini anda akan merasakan perubahan signifikan terhadap kantong perut anda. Walau anda masih bisa mengkonsumsi kopi hitam tanpa pemanis atau gula, anda akan menemukan bahwa setelah 3 hari mengikuti program ini kebutuhan anda atas kafein dirasa tidak perlu lagi.

 

SAMA SEKALI TIDAK BOLEH DIKONSUMSIKAN SELAMA PROGRAM :

 

1. ROTI / NASI

2. MINUMAN BERALKOHOL

3. MINUMAN BERKARBONASI (COKE,SPRITE,GREEN SAND,AIR SODA, dsb)

4. MINUMAN DIET (DIET COKE dll)

5. MAKANAN GORENGAN

YANG BOLEH DIKONSUMSI :

1. AIR PUTIH

2. KOPI HITAM TANPA PEMANIS / GULA

3. TEH TANPA PEMANIS / GULA

4. CRANBERRY JUICE

5. SUSU RENDAH KALORI ( HANYA PADA HARI YG TELAH DITETAPKAN )

CATATAN :

*SUP PEMBAKAR LEMAK DAPAT DI KOMSUMSI SETIAP SAAT MERASA LAPAR, MAKANLAH SEBANYAK YANG DIINGINKAN DAN SESERING YANG DIMAUI.

*SUP INI TIDAK MENAMBAH KALORI DALAM TUBUH SAMA SEKALI. SEMAKIN BANYAK SUP INI ANDA KONSUMSIKAN SEMAKIN BESAR LEMAK ANDA YANG TERBAKAR.

*ANDA JUGA DAPAT MEMAKAN AYAM YANG DIREBUS ATAU DIPANGGANG (TANPA KULIT) UTK MENGANTIKAN DAGING.

*KEHARUSAN MENGKONSUMSI OBAT2AN SELAMA MASA DIET TIDAK AKAN MENGGANGGU PROGRAM INI SENDIRI.

*JIKA ANDA LEBIH MENYUKAI IKAN DI BANDING DAGING, ANDA DAPAT MENUKER MENU DAGING DENGAN IKAN.

 

“ SUP PEMBAKAR LEMAK ”

 

BAHAN DASAR :

 

1. 3-6 BAWANG BOMBAY

2. 6 BUAH TOMAT SEGAR

3. 1 BUNGA KOL

4. 2 BUAH PAPRIKA HIJAU

5. KALDU / AIR

 

CARA MEMBUAT :

POTONG SAYURAN KECIL2, MASUKKAN DALAM AIR KALDU, REBUS SELAMA 10 MENIT ATAU SAMPAI LUNAK. MAKANLAH SUP INI TIAP ANDA MERASA LAPAR SEJUMLAH YANG ANDA INGINKAN DAN TIAP SAAT DALAM SEHARI. SUP INI TIDAK AKAN MENAMBAH KALORI DALAM TUBUH.

 

HARI – 1

MAKANLAH SEGALA JENIS BUAH KECUALI PISANG. SEMANGKA MEMILIKI KANDUNGAN RENDAH KALORI DIBANDINGKAN DENGAN BUAH2AN YANG LAINNYA. MAKANLAH HANYA SUP PEMBAKAR LEMAK DAN BUAH2AN SEPANJANG HARI – 1 INI. UNTUK MINUMAN BOLEH KONSUMSI TEH TANPA GULA, CRANBEERY JUICE DAN AIR PUTIH.

 

 

HARI – 2

MAKANLAH SEGALA JENIS SAYURAN, BAIK MENTAH ATAUPUN DIREBUS SESUAI SELERA. UPAYAKAN MAKAN SAYURAN HIJAU DAN HINDARI SAYURAN BERBIJI SEPERTI KACANG PANJANG,BUNCIS MAUPUN JAGUNG. MAKANLAH SAYURAN TERSEBUT BERSAMA SUP PEMBAKAR LEMAK DIATAS. PADA SAAT MAKAN MALAM, SEBAGAI PENGHARGAAN TERHADAP KOMITMEN ANDA SENDIRI, MANJAKAN DIRI ANDA DENGAN KENTANG REBUS. MAKANLAH SUP PEMBAKAR LEMAK DAN JANGAN MAKAN BUAH SAMA SEKALI DI HARI – 2 INI.

 

HARI – 3

KOMBINASIKAN MAKANAN HARI -1 DAN HARI -2 DIHARI KE-3 ini, MAKANLAH SUP, BUAH2AN, DAN SAYUR2AN.

 

*JIKA ANDA MENGIKUTI PROGRAM HARI KE-1 SAMPAI DENGAN HARI KE-3 TANPA MELANGGAR SEDIKITPUN, PADA HARI KE-4, ANDA SEMESTINYA TELAH KEHILANGAN +/-3 KG.

 

HARI – 4

MAKANLAH HANYA PISANG DAN SUSU RENDAH KALORI (SKIMMED MILK). MAKANLAH HINGGA 8 BUAH PISANG DAN MINUMLAH SKIMMED MILK SEBANYAK YANG ANDA INGINKAN. KEDUA JENIS MAKANAN DAN MINUMAN TERSEBUT MENGANDUNG KARBOHIDRAT DAN KALORI YANG ANDA BUTUHKAN DAN MENGGANTIKAN KEBUTUHAN ANDA AKAN RASA MANIS SETELAH 3 HARI PERTAMA PROGRAM. SUP PEMBAKAR LEMAK TETAP ANDA KOSUMSI SEPANJANG HARI-4 INI.

 

HARI -5

MAKANLAH DAGING DENGAN TOMAT, ANDA BOLEH MEMAKAN IKAN (DAGING HINGGA 0,25 KG) TETAPI BISA DIGANTI DENGAN AYAM PANGGANG ATAU IKAN REBUS DAN TOMAT SEGAR SEBANYAK 6 BUAH SEPANJANG HARI. MINUMLAH SEKURANGNYA 8 GELAS AIR PUTIH UNTUK MEMBERSIKAN TUBUH DARI URIC ACID. MAKANLAH SUP PEMBAKAR LEMAK SEKURANGNYA 1 KALI HARI INI.

 

 

HARI -6

MAKANLAH IKAN (DAGING –SEPERTI HARI KE-5) DAN SAYURAN. KONSUMSI SESUAI KEINGINAN. ANDA BAHKAN DAPAT MAKAN 2 – 3 STEAK HARI INI, TANPA KENTANG. PASTIKAN SUP PEMBAKAR LEMAK ANDA KONSUMSIKAN HARI INI.

 

HARI -7

NASI BERAS MERAH , JUICE BUAH TANPA PEMANIS DAN SAYURAN MENJADI MAKANAN ANDA HARI INI BESERTA SUP PEMBAKAR LEMAK.

 

 

PADA HARI KE-7 SEMESTINYA ANDA TELAH KEHILANGAN +/- 6 KG. JIKA PRESTASI ANDA TELAH TERCAPAI HENTIKAN PROGRAM UNTUK JANGKA WAKTU 1-2MINGGU DAN KEMBALILAH MENJALANI PROGRAM HINGGA BERAT BADAN IDEAL ANDA TERCAPAI.

 

Bagi yang udah mencoba dan berhasil, harap share disini yah pengalaman dan hambatannya.

Bimbingan Konseling Islam

Posted on Updated on

Bimbingan dan Konseling Islam (BKI) merupakan salahsatu jurusan yang berada di Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Jurusan ini berdiri pada tahun 1993. Berdasarkan surat Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 393 tahun 1993. Saat ini BKI sudah berumur kurang lebih 21 tahun.

Bimbingan Konseling Islam di UIN Bandung ini memiliki ciri khas yang berbeda dengan Bimbingan dan Konseling yang berkembang di Indonesia. Jurusan BKI di UIN Bandung ini dikembangkan dengan ciri khas yang lebih mengarah kepada Counseling for All (Konseling untuk masyarakat luas) dalam bingkai Ilmu Dakwah dengan basis konseling agama islam. Sehingga Konseling Pendidikan dan Konseling Psikologi merupakan bagian integral dari wilayah kajian BKI sesuai dengan rumpun Ilmu Dakwah yang menjadi induknya.

Tujuan dari Jurusan BKI ini yaitu siap mencetak tenaga-tenaga professional sebagai Pembimbing, Penyuluh, Konselor, dan Terapist agama/spiritual yang banyak dibutuhkan dalam berbagai sektor, sesuai dengan trend perkembangan saat ini yang butuh sisi spiritual dalam berbagai aspek kehidupan. Karena itu keahlian Jurusan BKI, diorientasikan kepada: Keahlian teoritik dan Keahlian Praktik di bidang bimbingan, penyuluhan, konseling, dan psikoterapi Islam.